Menariknya, tanggal Otsukimi tidak selalu bertepatan dengan bulan purnama secara astronomis.
Namun bagi masyarakat Jepang, kesempurnaan bukanlah hal yang utama, keindahan justru ditemukan dalam penghargaan terhadap momen yang singkat.
Bagi Jepang, musim gugur bukan hanya tentang dedaunan yang berubah warna.
Ini juga tentang perubahan cahaya, di mana bulan menjadi cermin dari keindahan yang lembut dan sementara.
Melalui tradisi Otsukimi, masyarakat Jepang merayakan bukan hanya benda langit di atas, tetapi juga keindahan yang muncul dalam kehidupan yang terus berubah.
Entah melalui puisi, sesaji dango dan susuki, atau hanya dengan menatap langit malam yang tenang, tradisi ini mengingatkan bahwa setiap momen memiliki maknanya sendiri.
Otsukimi tetap menjadi ritual abadi dalam festival musim gugur Jepang, lembut namun bermakna, seperti cahaya bulan yang menyinari malam dengan ketenangan.