Tanpa perlu penjelasan panjang, bunyi itu sudah “berbicara” sendiri.
Membaca onomatope bukan hanya soal menghafal arti kata, tetapi memahami ritme visualnya.
Pertama, perhatikan bentuk hurufnya, katakana biasanya menandakan suara yang keras atau tajam.
Kedua, sesuaikan dengan adegan, apakah menggambarkan berat, kecepatan, kejut, atau ketegangan.
Ketiga, coba ucapkan pelan dalam hati, karena mengucapkannya membantu memahami emosi di balik bunyi tersebut.
Dengan latihan, pembaca akan mulai “merasakan” panel manga tanpa harus menerjemahkan setiap kata.
Inilah keindahan onomatope dalam komik Jepang, ia membuat pembaca lebih dekat dengan cerita, seolah ikut hidup di dalamnya.
pada akhirnya, pemahaman ini juga membuka cara baru untuk menikmati bahasa Jepang di luar komik, dalam iklan, permainan, bahkan percakapan sehari-hari.