Di sana, tidak hanya warga Jepang yang belajar, tetapi juga pekerja asal Indonesia yang bermukim di Tokyo.
Jumlah peserta sanggar terus bertambah dari sekitar 25 orang menjadi sekitar 100 orang.
Dari total itu, sekitar 85 persen merupakan warga Jepang, sedangkan sisanya pekerja Indonesia.
Rianto tidak menarik biaya apapun untuk pekerja Indonesia.
Berbeda dengan warga Jepang yang dikenakan iuran sebagai bentuk dukungan terhadap keberlangsungan kegiatan.
Selain mengajar di Jepang, Rianto aktif melestarikan tari Lengger di tanah kelahirannya.
Pada 2–3 Mei 2025, ia menggelar acara menari selama 24 jam di Banyumas bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.
Festival ini menjadi simbol konsistensi pelestarian budaya Lengger.
Kegiatan lain yang digagasnya adalah Lengger Bicara dengan melibatkan 10.000 penari.
Ia juga menampilkan pertunjukan Lengger Satria Suwarna Banyumas pada 22 Juni 2025.