Dari percakapan, Kawamata menyadari banyak di antara mereka memiliki pengetahuan luas tetapi minim pengalaman langsung.
Seorang pengunjung terkejut setelah menyentuh berang-berang laut, karena selama ini mengira hewan itu ikan.
Ada juga yang menyangka ikan di supermarket menunjukkan wujud asli saat berenang.
Pengalaman semacam ini membuat Kawamata sadar bahwa banyak penyandang tunanetra menyimpan keraguan seumur hidup.
Untuk menjembatani hal itu, ia menata koleksi berdampingan seperti rakun di samping rubah, atau gajah di dekat jerapah.
Tujuannya agar pengunjung bisa membandingkan dan membentuk gambaran yang jelas lalu menceritakannya dengan kata mereka sendiri.
Kawamata juga selalu memulai kunjungan dengan menanyakan tingkat disabilitas.
Awalnya ia khawatir pertanyaan itu dianggap mengganggu, tetapi ternyata justru disambut baik.
Filosofi yang ia pegang sederhana, jangan berpura-pura mengerti, melainkan saling mendengarkan.
Dengan prinsip itu, museum kecil di lantai atas rumahnya terus bertahan, menghadirkan pengalaman belajar yang inklusif dan penuh makna.
© Kyodo News
@ohayo_jepang Kerja di Jepang? Jangan Asal Follow Sosmed Rekan Kerjamu! Di budaya kerja Jepang, kehidupan pribadi dan pekerjaan dipisah dengan sangat jelas. Follow-followan di Instagram atau Twitter sama atasan bisa dianggap kurang sopan, apalagi kalau gak izin dulu. 📌 Banyak orang Jepang merasa sosmed itu ruang pribadi, gak sembarangan dibagi kesiapapun. Jadi, tindakan yang biasanya normal aja di Indonesia, bisa bikin canggung atau bahkan dinilai tidak profesional di Jepang. 💡 Kalau kamu kerja di Jepang, lebih baik tahan dulu jari kamu buat follow-followan. Kecuali… rekan kerja kamu yang mulai duluan 😅 📖 Baca selengkapnya soal etika bersosmed di kantor Jepang, di artikel Ohayo Jepang, link di bio ya! Kreator Konten: Salma Aichi, Zahra Permata J Produser: Siti Annisa Penulis: Yuharrani Aisyah #OhayoJepang #KagetGakTuh #HidupdiJepang #KerjadiJepang #MagangdiJepang #BudayaJepang #LowonganKerjaJepang #jepang2025 ♬ suara asli - Ohayo Jepang