Selain soal gender, Takaichi juga menyinggung isu imigrasi yang disebutnya semakin mengusik kegelisahan.
Ia menyebut wisatawan asing tetap disambut dan Jepang yang menua membutuhkan pekerja asing.
Namun, menurutnya, arus imigrasi yang terlalu cepat bisa memunculkan atmosfer bermusuhan di masyarakat.
“Saya akan meninjau kembali kebijakan agar kita bisa hidup damai berdampingan dengan orang asing,” ujarnya.
Jumlah imigran di Jepang masih tergolong rendah dibandingkan negara maju lainnya.
Namun, pada Juli lalu, partai Sanseito yang berhaluan anti-imigrasi berhasil menambah kursi di majelis tinggi dari dua menjadi 15 kursi.
Shinjiro Koizumi, putra mantan perdana menteri Junichiro Koizumi, juga menjadi kandidat favorit bersama Takaichi.
Dalam pernyataannya, Koizumi menyinggung masalah imigrasi dengan nada berbeda.
“Di beberapa daerah, kenyataannya adalah pekerjaan ilegal oleh warga asing, gesekan dengan penduduk lokal, dan memburuknya keamanan publik menimbulkan kecemasan,” kata Koizumi.
Namun, ia menegaskan prioritas utamanya adalah menjawab keresahan masyarakat yang kesulitan menghadapi harga tinggi dan kondisi hidup yang berat.