Beras menjadi penyumbang utama inflasi pangan karena ikut terdampak cuaca panas.
Harga makanan segar juga meningkat 3,3 persen, naik signifikan dari 1,6 persen di bulan sebelumnya.
Sementara itu, inflasi ikan dan makanan laut tercatat 2,5 persen, sedikit melambat dari 3,9 persen.
Naoki Tamura, anggota dewan Bank of Japan (BOJ), menyoroti bahwa harga makanan segar naik lebih cepat daripada harga umum sejak awal 2022.
Ia menilai kondisi ini dipengaruhi cuaca tidak menentu akibat perubahan iklim.
“Inflasi di Jepang memang masih lebih rendah dibandingkan negara lain, tetapi cukup untuk menyulitkan masyarakat, terutama karena kenaikan gaji tidak sebanding. Perubahan ini berat, khususnya bagi lansia yang hidup dengan pendapatan tetap,” jelas Direktur Eurasia Group David Boling.
Lonjakan harga uni juga menggambarkan tantangan besar bagi Jepang dalam mencapai target kemandirian pangan.
Pemerintah menargetkan rasio swasembada pangan berbasis nilai produksi mencapai 69 persen pada 2030, naik dari sekitar 60 persen saat ini.
Namun, Kakehi mengingatkan bahwa perubahan iklim bisa menghambat upaya tersebut.
“Meskipun kita berusaha keras (dengan mengurangi emisi melalui energi terbarukan), suhu masih akan naik sekitar 1–1,5 derajat Celcius pada tahun 2100,” ungkap Kakehi.