Bagi penggemar sastra, drama, atau anime Jepang, ungkapan ini terasa akrab.
Ungkapan puitis tersebut sering muncul dalam adegan romantis, biasanya saat tokoh-tokohnya menatap langit malam dengan bulan atau kembang api sebagai latar.
Orang-orang menyukainya karena mampu merangkum pengakuan cinta tanpa terasa berlebihan.
Selain Hari Valentine dan White Day yang populer sebagai momen menyatakan cinta, musim panas di Jepang juga punya pesona romantis.
Di masa liburan musim panas, banyak festival digelar dan banyak orang pulang ke kampung halaman.
Dalam suasana itu, langit malam yang cerah sering menjadi latar terciptanya momen romantis.
Di bawah bulan, frasa “Bulan itu indah, bukan?” bisa terucap lembut, menjadi pengakuan tulus dari hati.
Hal ini menunjukkan bagaimana budaya Jepang membungkus ekspresi cinta dengan cara sederhana, namun penuh arti.
Romantisme musim panas pun menjadi bagian penting dalam keindahan tradisi mengungkapkan perasaan di Jepang.
Menariknya, penggunaan bulan sebagai metafora cinta tidak hanya ditemukan di Jepang.