Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Fakta & Data

Kisah Adam Numair, Orang Indonesia Pertama Juara Panahan Berkuda Tradisional di Jepang

Kompas.com - 02/09/2025, 19:01 WIB

OHAYOJEPANG - Perjalanan Adam Numair di dunia panahan berkuda tradisional Jepang mengantarkannya hingga ke lintasan yabusame di Negeri Sakura.

Pria berusia 39 tahun asal Bandung ini memulai langkahnya pada 2017 ketika pertama kali belajar panahan Jepang.

Tujuh tahun kemudian, ia sudah berdiri di lintasan yabusame di Hachinohe, Prefektur Aomori, Jepang, dan berhasil keluar sebagai juara.

Adam resmi menekuni yabusame, panahan sambil menunggang kuda, pada 2024.

Pada tahun yang sama, ia tampil dalam The 10th World Yabusame Championship
di Kota Towada dan menjadi juara.

Setahun berikutnya, ia kembali menorehkan prestasi pada Hachinohe Yabusame Taikai 10th Anniversary yang digelar 11 Agustus 2025 di Kuil Kushihiki Hachiman-gu, Kota Hachinohe, Prefektur Aomori.

"(Kompetisi) yang kemarin sebenarnya rada spesial Mbak. Walaupun itu sports yabusame, tapi diadakan di dalam area kuil. Jadi kemarin sports-nya dapet, culture-nya dapet," ucap Adam Numair ketika dihubungi Ohayo Jepang, (2/9/2025).

Baca juga:

Foto kiri: Adam Numair bersama pelatih yabusame Ayuko Kamimura. Foto kanan: Adam Numair bersama ketua panitia Nagako Ishibashi dan tamu undangan spesial Toshifumi Nanbu, keturunan samurai klan Nanbu yang dulu menguasai wilayah Hachinohe.
Foto kiri: Adam Numair bersama pelatih yabusame Ayuko Kamimura. Foto kanan: Adam Numair bersama ketua panitia Nagako Ishibashi dan tamu undangan spesial Toshifumi Nanbu, keturunan samurai klan Nanbu yang dulu menguasai wilayah Hachinohe.

Kesempatan ke Jepang di Balik Kegagalan

Sebelum berangkat ke Hachinohe, Adam sebenarnya dijadwalkan ke Kanada untuk membantu gurunya menjadi instruktur yabusame.

Semua akomodasi telah disiapkan, tetapi permohonan visa ditolak.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ia pun lekas mengajukan diri untuk mengikuti kompetisi yabusame di Jepang.

"Akhirnya saya merasa Alhamdulillah saya enggak jadi ke Kanada. Malah dapet lebih banyak gitu," kata Adam sembari mengenang kegagalannya ke Kanada.

Di Jepang, ia tidak hanya bertanding, melainkan juga mengikuti ujian lisensi yabusame.

Ia berhasil lulus level dua setelah sebelumnya memegang level tiga.

Lisensi menjadi syarat mutlak sebelum ikut pertandingan karena yabusame termasuk olahraga berisiko tinggi.

Menurut Adam, sebagian besar peserta pertandingan yabusame yang ia ikuti merupakan warga non-Jepang yang tinggal di Jepang.

Mereka berasal dari berbagai negara, seperti Amerika, tetapi sudah menetap di kota sekitar lokasi pertandingan.

Hal ini berbeda dengan Adam Numair yang datang khusus dari Indonesia khusus untuk ikut bertanding.

Saat kompetisi yabusame pada 2024, perjalanan jauh itu membuat kehadirannya mendapat perhatian lebih dari panitia.

Bahkan, Adam sempat diwawancarai pejabat daerah setelah kemenangannya.

Panah Target dalam 14 Detik

Di Hachinohe, founder sekaligus ketua Heki Ryu Indonesia (HKRI) ini bertanding dalam kategori deathmatch.

Aturannya sederhana, peserta harus mengenai tiga target dalam satu kali lari, dengan batas waktu maksimal 14 detik.

Jika meleset satu saja, peserta langsung tereliminasi.

"Deadmatch ini sebenernya agak spesial karena terbuka, level berapapun boleh main. Jadi, kawan saya jujur kebanyakan yang jago-jago," terang Adam.

Teknis yabusame menuntut atlet menjaga posisi setengah berdiri di atas pelana agar tubuh tetap stabil.

Anak panah harus diambil tanpa melihat, lalu dipasang dengan cepat ke busur tradisional Jepang sebelum target terlewat.

Adam berhasil melewati beberapa putaran hingga masuk final, menyisakan hanya dua peserta.

Saat babak terakhir, target kedua dipasang lebih rendah dan ke arah belakang, membuat situasi semakin sulit.

Adam meleset satu target, begitu juga lawannya.

Namun panitia menentukan juara berdasarkan waktu. Adam unggul tipis dengan selisih kurang dari satu detik.

Menurut Adam, selain latihan ia juga harus mengetahui aturan yabusame dengan tepat misalnya dengan tidak melebihi waktu dan menjaga stamina kuda tunggangannya.

Adam menekankan pentingnya mengatur tempo latihan agar kuda tidak kelelahan pada hari pertandingan.

"Pas latihan hari sebelumnya, saya diwanti-wanti sama guru saya. 'Larinya jangan terlalu cepat karena kalau hari ini kamu push kudanya, besok kudanya enggak akan bisa lari'. Saya mengatur waktu yang pas agar kuda enggak terlalu capek, tapi jangan sampai kena diskualifikasi juga," jelas Adam.

Adam sendiri rutin latihan yabusame satu kali dalam seminggu di Bandung, baik untuk menjaga teknik maupun melatih orang lain.

Adam Numair, juara yabusame di Jepang, bersama Oparu-chan sang kuda.
Adam Numair, juara yabusame di Jepang, bersama Oparu-chan sang kuda.

Bonding dengan Kuda

Adam menunggangi kuda bernama Opal atau Oparu, yang dikenal lambat, tetapi bersamanya bisa tampil cepat dan stabil.

Keberhasilan itu, menurut Adam, lahir dari proses bonding sehari sebelum pertandingan.

Ia membersihkan tubuh kuda, memanggil namanya, bahkan mengajaknya mengobrol.

“Kalau kata guru saya, seribu kuda, seribu karakter. Kuda itu bisa kenalin wajah manusia ya. Jadi kuda itu bisa baik ke si A, galak ke si B. Makanya itu pinter-pinternya di waktu bonding,” terang Numa, panggilan akrabnya oleh rekan di Jepang.

Dirikan Organisasi Panahan Tradisional Jepang

Selain berprestasi di lintasan yabusame Jepang, Adam juga merupakan pendiri sekaligus ketua Heki Ryu Indonesia (HKRI).

Organisasi ini berdiri pada 2021 sebagai wadah bagi masyarakat Indonesia yang ingin belajar panahan tradisional Jepang.

HKRI membuka empat disiplin yaitu kyudo (panahan di dojo), yabusame (panahan berkuda), kyujutsu (panahan dengan pendekatan bela diri), dan hinanmato (jenis panahan tradisional lainnya).

Saat ini HKRI memiliki cabang di berbagai kota, seperti Bandung, Bogor, Bekasi, Jakarta, Surabaya, dan Palembang.

Melalui HKRI, Adam berupaya menjaga budaya panahan tradisional Jepang di Indonesia.

Suasana pertandingan yabusame atau panahan berkuda tradisional di Kota Hachinohe, Prefektur Aomori, Jepang.
Suasana pertandingan yabusame atau panahan berkuda tradisional di Kota Hachinohe, Prefektur Aomori, Jepang.

Target Berikutnya dan Harapan di Indonesia

Kemenangan ini tidak membuat Adam berhenti.

Ia menargetkan untuk mencoba nomor tim, di mana dua atau tiga kuda berlari bersamaan dalam satu tim.

Selain itu, ia ingin merasakan yabusame di pantai, sebuah agenda yang seharusnya ada tahun ini tetapi batal digelar.

Adam juga membawa kabar baik untuk pencinta panahan berkuda tradisional Jepang di Indonesia.

Indonesia mendapat izin menjadi negara pertama di luar Jepang yang boleh mengadakan ujian lisensi yabusame.

Pasalnya, selama ini ujian lisensi yabusame hanya diselenggarakan di Jepang oleh organisasi sports yabusame.

Nantinya, soal ujian disiapkan pihak Jepang, hasilnya dikirim kembali, dan penilaian tetap dilakukan secara resmi oleh juri di Jepang.

Perjalanan Adam dari Bandung hingga Hachinohe menjadi bukti ketekunan, keberanian, dan cinta pada olahraga tradisional.

Di balik kecepatan 14 detik dan tiga target yang harus ditembus, ada kerja keras, kesabaran, serta rasa percaya antara manusia dan kuda.

@ohayo_jepang Pejabat Jepang salah ngomong lah kok langsung mundur?! 🙇‍♂️ Beberapa waktu lalu, Menteri Pertanian Jepang Taku Etō mundur gara-gara slip of the tongue alias salah ngomong. 
Saat harga beras naik gila-gilaan, dia malah bilang: “Saya nggak pernah beli beras, selalu dikasih pendukung.” Publik langsung ngamuk karena dianggap nggak punya empati. Hasilnya, nggak lama, beliau pun resmi mengundurkan diri (The Japan Times, 20 Mei 2025). 🔑 Kenapa bisa segampang itu mundur?
Karena di Jepang ada budaya tanggung jawab (resign when at fault):
➡️ Saat pejabat melanggar kepercayaan publik, mundur dianggap langkah terhormat.
➡️ Bukan cuma politik, tapi juga bentuk pertanggungjawaban moral.
➡️ Makanya ada istilah: daijin o jinin suru (mengundurkan diri sebagai menteri) & sekinin o toru (mengambil tanggung jawab). Di Jepang, mundur bukan selalu karena tidak bisa bertahan, tapi sering jadi cara menjaga integritas diri sekaligus menyelamatkan muka institusi/partai. 
Gak heran, sejak 2000, 10 dari 33 Menteri Pertanian Jepang mundur gara-gara kasus atau komentar sensitif. Fyi nih, sistem parlementer Jepang juga bikin pergantian menteri relatif lebih mudah dibanding negara presidensial seperti U.S.
Itulah kenapa budaya “mundur” sudah jadi bagian dari politik moral Jepang. Polling: Kalau di Indonesia, budaya kayak gini sebaiknya ada juga nggak? Kreator Konten: Zahra Permata J Produser: Siti Annisa Penulis: YUHARRANI AISYAH #OhayoJepang #HidupdiJepang #KerjadiJepang #MagangdiJepang #BudayaJepang ♬ suara asli - Ohayo Jepang
Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.