Aturannya sederhana, peserta harus mengenai tiga target dalam satu kali lari, dengan batas waktu maksimal 14 detik.
Jika meleset satu saja, peserta langsung tereliminasi.
"Deadmatch ini sebenernya agak spesial karena terbuka, level berapapun boleh main. Jadi, kawan saya jujur kebanyakan yang jago-jago," terang Adam.
Teknis yabusame menuntut atlet menjaga posisi setengah berdiri di atas pelana agar tubuh tetap stabil.
Anak panah harus diambil tanpa melihat, lalu dipasang dengan cepat ke busur tradisional Jepang sebelum target terlewat.
Adam berhasil melewati beberapa putaran hingga masuk final, menyisakan hanya dua peserta.
Saat babak terakhir, target kedua dipasang lebih rendah dan ke arah belakang, membuat situasi semakin sulit.
Adam meleset satu target, begitu juga lawannya.
Namun panitia menentukan juara berdasarkan waktu. Adam unggul tipis dengan selisih kurang dari satu detik.
Menurut Adam, selain latihan ia juga harus mengetahui aturan yabusame dengan tepat misalnya dengan tidak melebihi waktu dan menjaga stamina kuda tunggangannya.