Matsumoto berharap film ini menjadi sarana refleksi, terutama saat ancaman senjata nuklir dan perang kembali meningkat.
Ia ingin penonton melihat peristiwa itu dari sudut pandang kemanusiaan.
Bagi Matsumoto, proyek ini terasa personal.
Kakeknya adalah seorang hibakusha yang aktif di organisasi perdamaian, namun tidak pernah menceritakan pengalamannya kepada cucu-cucunya.
Hibakusha merupakan sebutan untuk penyintas bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
“Saya merasa sedang melanjutkan sesuatu yang mungkin ingin ia lakukan sendiri,” kata sutradara berusia 40 tahun itu.
Kisah film ini terinspirasi dari kumpulan kesaksian perawat yang disusun Palang Merah Jepang cabang Nagasaki pada 1980.
Salah satu kontributor yang masih hidup, Fujie Yamashita (95), tampil singkat dalam film.
Matsumoto menganggap kehadirannya sangat berharga, meskipun hanya sebagai cameo.
Yamashita masuk sekolah pelatihan perawat relawan Palang Merah di Osaka pada usia 15 tahun, namun kembali ke Nagasaki pada Juli 1945 setelah serangan udara.