Delapan puluh tahun lalu, setelah bom atom Amerika Serikat menghancurkan Nagasaki pada 9 Agustus 1945, tim medis Jepang mengesampingkan keselamatan mereka sendiri untuk memberikan pertolongan.
Mereka merawat korban yang sekarat dan mengalami luka parah di tengah kota yang menjadi abu.
Kisah para perawat Palang Merah Jepang ini diangkat ke layar lebar lewat film Nagasaki: In the Shadow of the Flash karya sutradara Jumpei Matsumoto.
Menurut Kyodo News (25/7/2025), Matsumoto adalah cucu generasi ketiga penyintas bom atom.
Baca juga:
Film ini fokus pada kisah tiga mahasiswa keperawatan yang pulang ke Nagasaki dari Osaka.
Mereka sempat menikmati hari-hari tenang bersama keluarga, sebelum hidup mereka berubah total akibat ledakan bom atom.
Para mahasiswa keperawatan berjuang memberikan perawatan dengan persediaan medis terbatas.
Mereka membangun klinik darurat di tengah puing-puing, sambil menghadapi kenyataan pahit, kehilangan jauh lebih banyak nyawa daripada yang bisa mereka selamatkan.
Serangan bom atom di Nagasaki menewaskan sekitar 74.000 orang hingga akhir 1945.
Ribuan lainnya menderita penyakit akibat radiasi selama bertahun-tahun.