Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Fakta & Data

Perjuangan Kebun Teh di Jepang Hadapi Dampak Tarif Impor Trump pada Matcha Global

Kompas.com - 18/06/2025, 14:55 WIB

Kebun teh di Jepang sedang menghadapi ketidakpastian akibat tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Salah satu kebun yang terdampak tarif impor Trump adalah Kokaen di Kota Toyota, Prefektur Aichi.

Kokaen yang didirikan pada 1945 ini hanyalah salah satu dari banyak kebun teh di Jepang yang mendapatkan manfaat dari lonjakan permintaan teh hijau bubuk.

"Permintaan global untuk matcha, terutama dari Amerika Serikat, sangat tinggi. Jika tarif dikenakan, kemungkinan besar akan memengaruhi penjualan," kata pemilik generasi ketiga Kokaen Yoshitaka Noba melansir Kyodo News (17/6/2025).

Kokaen yang didirkan oleh kakek Noba, Takakichi, merupakan salah satu dari sedikit kebun teh di wilayah yang lebih dikenal sebagai tempat berdirinya Toyota Motor Corp.

Nilai ekspor teh hijau Jepang melonjak dalam beberapa tahun terakhir sekitar 36,4 miliar yen pada 2024, lebih dari tiga kali lipat nilai ekspor sepuluh tahun yang lalu.

Menurut Kementerian Keuangan Jepang, Amerika Serikat menyerap 44,2 persen dari ekspor tersebut, jauh lebih besar dibandingkan Jerman yang berada di posisi kedua dengan 9,2 persen.

Namun, produksi teh Jepang belum mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Pada 2023, sekitar 75.200 ton teh diproduksi, turun lebih dari 20 persen dibandingkan 15 tahun lalu, menurut Asosiasi Produksi Teh Jepang.

Para ahli mengaitkan penurunan ini dengan berbagai faktor, termasuk penurunan populasi yang pesat di Jepang.

Baca juga:

Matcha dibuat dengan alat tradisional.
Matcha dibuat dengan alat tradisional.

Insentif Petani Teh

Pemerintah Jepang memberikan insentif kepada petani untuk beralih dari varietas teh lain ke tencha.

Tencha adalah daun teh yang biasanya digiling untuk membuat matcha, seiring dengan meningkatnya permintaan internasional.

Produksi tencha pada 2023 meningkat menjadi 4.176 ton, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 2014, tetapi kontribusinya hanya sekitar 5,6 persen dari semua aracha atau teh yang belum diproses.

Peralihan ke produksi tencha terbilang lambat karena investasi dalam mesin baru dapat memakan biaya ratusan juta yen.

Mesin itu termasuk yang diperlukan untuk menggiling daun teh menjadi bubuk, 

Proses ini juga sangat memerlukan tenaga kerja, menurut Noba.

"Petani teh mungkin ragu untuk beralih ke produksi matcha karena sulit untuk memastikan apakah ini hanya tren sementara atau akan bertahan lebih lama," kata Noba.

Tencha biasanya dipanen antara bulan April hingga Mei.

Kokaen mengelola delapan kebun yang totalnya mencakup 1,6 hektar.

Mereka mempekerjakan orang untuk memetik daun di salah satu lokasi yang kurang dari satu hektar, sementara kebun lainnya dipanen menggunakan mesin.

"Bisnis kami sangat bergantung pada apa yang kami hasilkan dalam satu bulan ini," ujar Noba.

Shincha secara harfiah berarti teh baru, mengacu pada panen pertama daun teh hijau di tahun itu biasanya dipetik antara akhir April dan awal Mei.
Shincha secara harfiah berarti teh baru, mengacu pada panen pertama daun teh hijau di tahun itu biasanya dipetik antara akhir April dan awal Mei.

Dampak Tarif Impor Trump

Popularitas matcha di pasar global telah membawa keuntungan besar bagi industri teh Jepang, terutama berkat matcha yang kaya akan nutrisi, vitamin, dan asam amino.

"Ada minat yang berkembang terhadap kesehatan selama pandemi virus corona, dan orang-orang beralih ke matcha karena mereka menganggapnya bermanfaat," kata Yukiko Motohara dari Japan Food Product Overseas Promotion Center, bagian dari Organisasi Perdagangan Luar Negeri Jepang (Japan External Trade Organization/JETRO).

Kepopulerannya juga diperkuat dengan penggunaannya dalam makanan manis.

JFOODO, yang berfokus pada promosi berbagai produk makanan Jepang termasuk sake dan miso, telah mendukung teh Jepang sejak 2017.

Meskipun matcha umumnya dijual di supermarket mewah di Amerika Serikat, Motohara percaya bahwa kepopulerannya kemungkinan akan terus tumbuh seiring dengan semakin mudahnya ketersediaan produk ini.

Namun, perhatian internasional terhadap matcha semakin meningkat.

Namun, bisnis yang bergantung pada ekspor ke Amerika Serikat berhati-hati terhadap potensi dampak tarif terhadap keuntungan mereka.

Pasalnya, ada ketidakpastian yang mengaburkan keputusan-keputusan di masa depan.

Teh, misalnya, saat ini dibebaskan dari pajak impor.

Dalam kebijakan yang disebut tarif timbal balik, Trump memberlakukan tarif dasar 10 persen untuk hampir semua negara di dunia.

Selain itu, tarif tambahan yang lebih tinggi diberlakukan untuk sekitar 60 mitra dagang utama yang memiliki surplus perdagangan dengan Amerika Serikat.

Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) baru-baru ini memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2025.

Peningkatan tarif ini telah ditunda selama 90 hari hingga awal Juli untuk memberi waktu bagi negosiasi.

Jepang mengirim utusannya ke Washington beberapa kali dalam upaya mencapai kesepakatan.

"Teh bukanlah barang yang diperlukan, ini dianggap barang mewah dan karena itu dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Jika ekonomi AS tiba-tiba memburuk, nilai dari apa yang kami hasilkan juga bisa turun secara tiba-tiba," kata Noba.

Motohara dari JFOODO menyarankan konsumen untuk lebih fokus pada sejarah produksi teh hijau Jepang berkualitas tinggi.

Keterampilan artisan di balik produksi tersebut tetap menjadi nilai penting, meskipun tarif tetap ada.

Hal tersebut demi menjaga popularitas matcha yang terus berkembang di luar negeri

Noba dari Kokaen setuju, tetapi juga berharap situasi tarif dapat segera diselesaikan.

"Matcha tidak diproduksi di Amerika Serikat, jadi mereka yang ingin teh ini akan membelinya (dari kami) terlepas dari tarif," kata Noba.

"Namun, akan lebih baik jika tarif tersebut dicabut, agar dunia menjadi tempat di mana kami bisa mengirim produk kami dengan bebas kepada siapa saja yang menginginkannya," pungkas Noba.

© Kyodo News

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.