Dalam kebijakan yang disebut tarif timbal balik, Trump memberlakukan tarif dasar 10 persen untuk hampir semua negara di dunia.
Selain itu, tarif tambahan yang lebih tinggi diberlakukan untuk sekitar 60 mitra dagang utama yang memiliki surplus perdagangan dengan Amerika Serikat.
Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) baru-baru ini memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2025.
Peningkatan tarif ini telah ditunda selama 90 hari hingga awal Juli untuk memberi waktu bagi negosiasi.
Jepang mengirim utusannya ke Washington beberapa kali dalam upaya mencapai kesepakatan.
"Teh bukanlah barang yang diperlukan, ini dianggap barang mewah dan karena itu dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Jika ekonomi AS tiba-tiba memburuk, nilai dari apa yang kami hasilkan juga bisa turun secara tiba-tiba," kata Noba.
Motohara dari JFOODO menyarankan konsumen untuk lebih fokus pada sejarah produksi teh hijau Jepang berkualitas tinggi.
Keterampilan artisan di balik produksi tersebut tetap menjadi nilai penting, meskipun tarif tetap ada.
Hal tersebut demi menjaga popularitas matcha yang terus berkembang di luar negeri
Noba dari Kokaen setuju, tetapi juga berharap situasi tarif dapat segera diselesaikan.