OHAYOJEPANG - Jepang dikenal dengan tradisi budaya dan kearifan lokal yang berakar kuat serta mencerminkan harmoni dengan alam, spiritualitas, dan penghormatan pada leluhur.
Salah satu praktik khas yang mencerminkan hal tersebut adalah O-higan (お彼岸), sebuah peringatan Buddhis yang berlangsung pada waktu titik ekuinoks, terutama ekuinoks musim gugur pada September.
Tradisi ini memberikan gambaran mendalam tentang kehidupan spiritual masyarakat Jepang.
Baca juga:
- Ekuinoks Musim Gugur di Jepang, Saat Warga Ziarah ke Makam Keluarga
- Arti Bunga Red Spider Lily atau Higanbana, Identik dengan Hal Mistis
- Siang Hari di Jepang Hampir 15 Jam, Terjadi Titik Balik Matahari Musim Panas
Memahami Makna O-higan
Istilah O-higan berarti 'pantai seberang' yang melambangkan perjalanan dari 'pantai penderitaan' atau kehidupan duniawi menuju 'pantai pencerahan' atau nirwana.
Makna ini berakar kuat dalam ajaran Buddhisme Jepang, yang memandang titik ekuinoks sebagai waktu ketika batas antara dunia orang hidup dan arwah leluhur menjadi paling tipis.
Dalam momen ini, keluarga di Jepang menghormati leluhur mereka melalui beragam praktik spiritual yang sudah dijalankan turun-temurun.
Tradisi ini bukan hanya sebatas ritual keagamaan, tetapi juga bentuk ikatan batin yang memperkuat hubungan antara generasi yang masih hidup dengan generasi yang telah mendahului.
O-higan menjadi waktu khusus untuk merenungkan perjalanan hidup, menyadari kefanaan, serta mendekatkan diri pada nilai-nilai kebajikan.
Ritual dan Praktik O-higan
O-higan berlangsung selama tujuh hari, dimulai tiga hari sebelum titik ekuinoks dan berakhir tiga hari setelahnya.
Dalam rentang waktu ini, keluarga Jepang melakukan berbagai aktivitas penting, antara lain: