OHAYOJEPANG - Shusse-imo adalah kudapan tradisional dari Prefektur Tokushima, khususnya di Kota Kaiyō dan wilayah selatan.
Kudapan ini dibuat dari umbi yang dibentuk silinder, lalu diselimuti pasta kacang merah halus atau koshian.
Setelah itu, adonan dipotong melintang sehingga menghasilkan irisan dengan tampilan cantik.
Keunikan ini membuat shusse-imo dikenal bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga sebagai simbol keberuntungan.
Baca juga:
- Sejarah Ude Manjuu Khas Jepang, Kue Rebus Isi Kacang Merah
- Sejarah Kakigori, Es Serut Jepang Ini Ada Sejak Ribuan Tahun Lalu
- Sejarah Takomeshi, Nasi Gurita Jepang dari Tradisi Nelayan
Asal-usul dan Penamaan Shusse-imo
Shusse-imo lahir pada masa masyarakat selatan Tokushima mengalami kekurangan beras.
Sebagai pengganti, mereka memanfaatkan aneka umbi seperti talas atau ubi jalar untuk diolah menjadi makanan sehari-hari.
Dalam proses kreativitas itu, shusse-imo tercipta sebagai alternatif ohagi, yakni kue beras ketan yang juga dibalut pasta kacang merah.
umbi dianggap bisa naik derajat setara dengan beras, sehingga kudapan ini diberi nama shusse-imo.
Secara harfiah, nama itu bermakna “umbi yang meraih kemajuan” atau “umbi yang naik pangkat.”
Makna simbolis ini menjadikan shusse-imo sebagai makanan keberuntungan yang erat dengan doa dan harapan baik.