Mereka berkeliling setiap rumah dengan mengenakan lumpur dari dasar sumur yang dikenal sebagai nmariga (sumur kelahiran) dan meneriakkan hal-hal aneh.
Masyarakat percaya bahwa lumpur yang dioleskan para Paantu menjadi simbol pembersihan diri serta perlindungan dari pengaruh buruk yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Akses menuju lokasi festival juga tergolong mudah.
Dari Bandara Haneda di Tokyo, perjalanan ke Pulau Miyako dapat ditempuh sekitar tiga jam dengan pesawat.
Jika berangkat dari Bandara Naha di Okinawa, waktu tempuhnya hanya sekitar 50 menit, sedangkan dari Pulau Ishigaki sekitar 30 menit.
Melansir Japan Cheapo, dalam perayaan ini, penduduk lokal mengenakan kostum yang meniru wujud makhluk supranatural, dengan tubuh dilumuri lumpur dan dihiasi dedaunan, serta mengenakan topeng berukuran panjang.
Mereka kemudian berkeliling desa untuk mengoleskan lumpur ke segala hal, mulai dari anak-anak, penonton, kendaraan, hingga rumah.
Lumpur tersebut bukan sekadar simbol kotoran, melainkan sarana pengusiran roh jahat dan pembawa keberuntungan.
Namun, bagi pengunjung yang tidak ingin kotor, sebaiknya tidak datang, karena para Paantu dikenal antusias dan bisa tiba-tiba memeluk siapa pun yang mereka temui.
Pada masa lalu, pernah terjadi insiden ketika wisatawan yang bajunya dilumuri lumpur bereaksi dengan kekerasan terhadap Paantu.