Ishigaki menekankan bahwa luka di wajah akibat serangan beruang sulit disembunyikan dan sering meninggalkan bekas yang memengaruhi kehidupan sehari-hari korban.
Ia menyebutkan bahwa bekas luka tersebut tidak hanya menimbulkan gangguan fisik, tetapi juga berdampak pada kepercayaan diri dan keseharian korban dalam berinteraksi sosial.
Menurut hasil penelitian, serangan beruang umumnya menyasar wajah dan kepala karena bagian tersebut paling mudah dijangkau saat hewan tersebut berdiri dalam posisi menyerang.
Sementara itu, Gubernur Prefektur Akita, Kenta Suzuki, menyampaikan melalui media sosial bahwa ia akan meminta pertimbangan kepada pemerintah pusat untuk mengirim personel Pasukan Bela Diri Jepang guna membantu penanganan situasi di wilayahnya.
Suzuki menjelaskan bahwa serangan beruang yang meningkat tajam telah melampaui kapasitas pemerintah daerah untuk mengatasinya secara mandiri.
Ia menambahkan bahwa pihaknya sedang mempersiapkan kunjungan resmi ke Kementerian Pertahanan Jepang untuk membahas permintaan bantuan tersebut.
Suzuki mengatakan bahwa petugas di lapangan kini menghadapi batas kemampuan mereka dalam menangani peningkatan kerusakan yang disebabkan oleh serangan beruang.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa masalah serangan beruang di Jepang telah berkembang menjadi isu yang serius dan membutuhkan koordinasi lintas lembaga.
Meningkatnya jumlah korban menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran publik serta langkah pencegahan yang lebih efektif di tingkat komunitas lokal.
© Kyodo News