OHAYOJEPANG - Ketika pertama kali belajar bahasa Jepang di Indonesia, saya merasa sudah memahami dasarnya dengan cukup baik.
Saya belajar secara otodidak dan juga mengikuti kelas tambahan yang diadakan oleh perusahaan.
Saya menghafal huruf hiragana, katakana, dan beberapa kanji, mempelajari tata bahasa, serta bisa melakukan percakapan singkat.
Namun, ada satu hal yang sama sekali saya lewatkan yaitu pitch accent dan intonasi bahasa Jepang.
Awalnya saya tidak menganggap hal itu penting.
Saya tahu bahwa nada berperan besar dalam bahasa Mandarin, tetapi saya berasumsi bahasa Jepang tidak seperti itu.
Buku dan materi daring yang saya pelajari juga tidak pernah menyebut soal pitch accent.
Saya berpikir, “Selama saya mengucapkan kata dengan benar, orang Jepang pasti mengerti.”
Itu ternyata menjadi kesalahan besar yang baru saya sadari setelah tiba di Jepang.
Baca juga:
Setibanya di Jepang, perusahaan mengikutsertakan kami dalam program sekolah bahasa Jepang untuk membantu proses adaptasi.