Drama tersebut menceritakan kisah makhluk iblis yang menyamar dengan menggunakan daun maple untuk menipu manusia. Kisah ini memperlihatkan keindahan sekaligus kekuatan tersembunyi di balik momiji.
Selain dalam seni, momiji juga hadir dalam dunia kuliner Jepang.
Kue tradisional momiji manjuu yang berbentuk daun maple dan berisi pasta kacang merah menjadi ikon khas Hiroshima, khususnya di Pulau Miyajima.
Dengan bentuknya yang menyerupai daun merah musim gugur, momiji manjuu menjadi perwujudan nyata bagaimana alam dihadirkan dalam cita rasa dan budaya sehari-hari Jepang.
Momiji tidak hanya melambangkan keindahan warna, tetapi juga makna filosofis yang dalam.
Perubahan warna daun hingga akhirnya gugur melambangkan siklus kehidupan, yaitu kelahiran, pertumbuhan, kemunduran, dan pembaruan. Hal ini sejalan dengan pandangan Buddhisme bahwa segala sesuatu selalu berubah.
Dalam tradisi Jepang, momiji menjadi simbol utama musim gugur.
Kegiatan momijigari atau berburu pemandangan daun merah menjadi salah satu tradisi paling populer di Jepang, sejajar dengan hanami atau menikmati bunga sakura di musim semi.
Setiap tahun, wisatawan lokal maupun mancanegara berbondong-bondong ke pegunungan, taman, dan kuil untuk menikmati pesona daun yang berubah warna.
Selain keindahan visualnya, momiji juga melambangkan perenungan dan keseimbangan hidup.