Selain mengganti pakaian, mereka juga mengubah dekorasi musiman seperti gorden atau hiasan rumah agar sesuai dengan suasana musim gugur Jepang.
Semua ini mencerminkan perhatian masyarakat Jepang terhadap keseimbangan antara kehidupan sehari-hari dan perubahan alam.
Tradisi koromogae telah ada sejak periode Heian sekitar abad ke-8, ketika kebiasaan mengganti pakaian sesuai musim dilakukan di lingkungan istana kekaisaran.
Kala itu, perubahan pakaian menjadi bagian dari tata upacara resmi di kalangan bangsawan.
Kebiasaan ini kemudian diadopsi oleh kelas samurai dan semakin diformalkan pada masa pemerintahan Tokugawa.
Dari situlah koromogae menyebar ke seluruh lapisan masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan sekolah dan pemerintahan.
Kini, tradisi tersebut tetap lestari dan menjadi simbol kedisiplinan serta kepekaan masyarakat Jepang terhadap perubahan alam.
Setiap kali suhu di Jepang menurun pada Oktober, koromogae menjadi pengingat bahwa kehidupan berjalan seiring dengan irama musim.
Melalui tindakan sederhana seperti mengganti seragam, masyarakat Jepang menunjukkan bagaimana tradisi dan alam bisa berjalan seimbang.
Pergantian pakaian tidak hanya menandai datangnya musim gugur, tetapi juga menjadi bentuk penghormatan terhadap keindahan perubahan itu sendiri.
Sumber: