Pada zaman Edo, masyarakat mulai membuat boneka daruma sebagai jimat keberuntungan dan simbol ketahanan hidup.
Di Prefektur Gunma, tepatnya di Takasaki, sosok ini mendapat bentuk khas.
Sekitar 200 tahun lalu, seorang pengrajin bernama Tomogoro Yamagata membuat boneka daruma bagi petani sutra selama musim dingin.
Seiring waktu, Takasaki berkembang menjadi pusat produksi boneka daruma terbesar di Jepang.
Saat ini, sekitar 80 persen boneka daruma yang dijual di Jepang berasal dari kota tersebut.
Kuil Shorinzan Daruma di Takasaki juga dikenal sebagai tempat spiritual dan sejarah bagi boneka daruma.
Boneka daruma dibuat dari bahan papier-mâché dan memiliki bagian bawah yang berat sehingga bisa kembali tegak saat terjatuh.
Desain ini menggambarkan pepatah Jepang nanakorobi yaoki yang berarti jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali.
Filosofi ini menjadi simbol semangat pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup.
Boneka daruma biasanya memiliki mata putih kosong saat pertama dibeli.