Dalam festival tersebut, permainan tradisional kerap dimasukkan sebagai bagian dari perlombaan atau pertunjukan kecil.
Sejalan dengan semangat Hari Olahraga yang menekankan kesehatan fisik dan mental, sekolah-sekolah di Jepang memanfaatkan momentum ini untuk menghadirkan kegiatan yang bernuansa budaya.
Selain lomba lari atau estafet, murid juga ikut permainan khas Jepang seperti kouhaku tamaire (lempar bola ke keranjang) dan pertempuran kavaleri.
Beberapa sekolah menambah rintangan lomba yang dikombinasikan dengan permainan tradisional seperti kendama.
Permainan tradisional pun berfungsi sebagai sarana pendidikan.
Sekolah terkadang mengundang warga lanjut usia untuk mengajarkan cara memutar koma atau melakukan trik kendama.
Kegiatan ini menciptakan hubungan antargenerasi yang kuat.
Dengan cara itu, permainan tradisional Jepang tidak sekadar dikenang sebagai nostalgia, melainkan tetap menjadi bagian nyata dari budaya sekolah, perayaan, dan identitas nasional.
Permainan tradisional Jepang seperti kendama, koma, dan otedama tetap menawarkan sisi manusiawi di tengah dunia modern yang dipenuhi layar digital dan olahraga terstruktur.
Permainan sederhana ini menghadirkan koneksi, budaya, dan kebahagiaan yang hangat bagi siapa pun yang memainkannya.
Permainan ini menjadi sarana pembelajaran, jembatan antargenerasi, dan warisan budaya yang terus hidup dalam kurikulum sekolah serta perayaan seperti Hari Olahraga Jepang.
Permainan tradisional Jepang, baik dimainkan di sekolah maupun dalam festival, mencerminkan nilai budaya bahwa gerak, tradisi, dan kebersamaan adalah bagian dari hidup yang seimbang.
Sumber: