Menurut Japan Kendama Association, bentuk modern kendama berkembang dari mainan serupa yang sudah tercatat sejak akhir abad ke-18.
Selain kendama, anak-anak Jepang juga akrab dengan koma (gasing) dan otedama (permainan melempar dan menangkap kantung kecil berisi kacang).
Permainan ini sering diperkenalkan dalam kegiatan sekolah atau program budaya, di mana murid-murid memainkannya bersama tetangga atau anggota komunitas yang lebih tua.
Di beberapa sekolah, permainan tradisional ini juga tampil dalam festival budaya, terutama saat musim gugur.
Melalui permainan itu, siswa mengekspresikan warisan budaya Jepang dalam bentuk yang hidup dan menyenangkan.
Menariknya, dulu kendama pernah dimainkan sebagai permainan minum bagi orang dewasa di masa lampau.
Kini, mainan tradisional ini berkembang menjadi olahraga kompetitif berskala global.
Jepang bahkan menjadi tuan rumah Kendama World Cup, ajang internasional yang mempertemukan pemain dari berbagai negara untuk menampilkan trik-trik tingkat tinggi.
Perkembangan ini menunjukkan bagaimana permainan sederhana dari masa lalu dapat menemukan kehidupan baru di era modern.
Sejak Supōtsu no Hi menjadi hari libur nasional, banyak sekolah menjadikannya momen penting untuk menyelenggarakan undoukai.