Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Autumn Events

Biaya Kostum Cosplay Tembus Jutaan dan Impor, Ini Cerita di Balik Persiapannya

Kompas.com - 20/10/2025, 12:10 WIB

OHAYOJEPANG - Bagi para cosplayer, mengenakan kostum karakter favorit bukan sekadar soal gaya, tapi juga bentuk ekspresi diri. 

Di balik penampilan mencolok di panggung dan event cosplay, ada proses panjang, waktu yang tidak sebentar, dan biaya yang tak jarang mencapai jutaan rupiah

Tiga cosplayer yaitu Agung (19), Al (23), dan Mizu (20), membagikan cerita tentang perjuangan mereka mempersiapkan kostum hingga siap tampil di acara cosplay

Dari menabung berbulan-bulan, mengantri pembuat kostum (maker), sampai menunggu kiriman dari luar negeri, semua dilakukan demi tampil maksimal di karakter yang mereka sukai.

Baca Juga:

Dua Bulan Menunggu Kostum Jadi

Cosplayer asal Tangerang, Agung, menyiapkan kostumnya dengan cara memesan langsung ke pembuat kostum (komis). 

Ia memilih karakter Crow dari game Persona 5 dan mulai memesan sejak 14 Agustus lalu.

“Mulai komis tanggal 14 Agustus, minggu lalu baru selesai,” ujar Agung saat diwawancarai oleh Ohayo Jepang dalam acara Cosplay Mega Expo 2025 di Stadion utama Gelora Bung Karno (GBK) pada Minggu (19/10/2025).

Karena banyaknya antrian, proses pembuatan kostum memakan waktu cukup lama. 

Ia mengatakan, setelah menunggu sekitar dua bulan, kostum itu akhirnya selesai dikerjakan dalam waktu dua hingga tiga minggu.

Harga kostum yang ia pesan pun tak bisa dibilang murah. 

Full set semua habis di Rp 2,3 juta,” katanya.

Untuk ukuran anak muda seusianya, jumlah itu cukup besar. Agung pun menyiapkan dananya jauh-jauh hari. 

“Mulai nabung dari Juni atau Juli, baru bisa DP untuk kostumnya,” tambah Agung.

Meski mahal, baginya hasilnya sepadan. 

Kostum buatan maker lebih detail dan pas di badan, sehingga lebih percaya diri saat tampil di depan pengunjung.

Wig Mahal dan Improvisasi Ala Cosplayer

Berbeda dengan Agung, Al yang berasal Bekasi punya cara sendiri menyiapkan penampilannya.

Ia mengaku lebih sering melakukan improvisasi pada kostum yang sudah ada daripada memesan kostum baru. 

Al menjelaskan bahwa dirinya lebih suka memperbaiki atau menyesuaikan kostum lama agar tetap bisa dipakai kembali.

Ia membeli pakaian yang mirip dengan karakter incarannya, lalu menyesuaikannya sendiri. 

Namun, justru bagian wig menjadi tantangan tersulit.

Ia mengatakan untuk harga wig bisa mencapai Rp 2,5 juta dan harus di-styling ulang sendiri agar mirip dengan karakternya.

Wig-nya susah banget, harus di-styling ulang biar mirip karakter, kadang malah lebih ribet dari kostumnya sendiri,” ujar Al.

Meski begitu, Al tetap menikmati prosesnya.

Ia menilai cosplay bukan tentang seberapa mahal kostum yang dipakai, melainkan bagaimana seseorang bisa mengekspresikan karakter dengan percaya diri. 

“Yang penting itu have fun, bukan karena ingin kelihatan lebih bagus dari orang lain,” katanya.

Al (23) asal Bekasi yang menjadi karakter Sylus dalam game Love and Deepspace.
Al (23) asal Bekasi yang menjadi karakter Sylus dalam game Love and Deepspace.

Kostum Impor yang Harus Nunggu Dua Bulan

Sementara itu, Mizu, cosplayer asal Jakarta, memilih membeli kostum dari luar negeri. 

Ia mengaku mengimpor kostum karakter MC dari game Love and Deepspace langsung dari China.

“Aku beli kostumnya di China, karena impor, biasanya nunggu sampai dua bulan baru datang,” ucap Mizu.

Proses impor ini tidak selalu mulus. 

“Kadang ketahan di redline, jadi harus nombok buat ngeluarin dari gudang,” ujarnya.

Namun, Mizu tetap sabar menunggu karena kualitas kostum dari luar negeri dianggapnya lebih sesuai dengan desain karakter.

Harga kostumnya pun bervariasi. 

Ia mengatakan bahwa harga kostum paling murah yaitu sekitar Rp 300.000.

Mizu mengaku rela menabung berbulan-bulan demi membeli kostum yang sesuai. 

“Aku pasti nabung dulu sebelum event, kalau udah cukup, baru berani beli,” ungkapnya.

Mizu (20) asal Jakarta yang menjadi karakter MC di game Love and Deepspace.
Mizu (20) asal Jakarta yang menjadi karakter MC di game Love and Deepspace.

Antara Hobi, Ekspresi, dan Dedikasi

Bagi Agung, Al, dan Mizu, biaya besar bukan penghalang untuk terus menekuni hobi ini. 

Ketiganya sepakat bahwa cosplay adalah bentuk ekspresi diri dan kreativitas, bukan sekadar hobi mahal.

Cosplay itu dimulai dari hobi, tapi bisa juga buat mengekspresikan diri,” kata Agung.

Sementara Al menekankan sisi kebersamaan dalam komunitas cosplay

“Serunya kalau ketemu temen-temen yang satu game, jadi makin semangat datang ke event,” ujarnya.

Mizu pun melihat cosplay sebagai ruang bebas dari penilaian. 

“Di sini kita bisa jadi diri sendiri, nggak ada yang nge-judge, yang penting nyaman dan senang,” katanya.

Mereka mungkin mengeluarkan jutaan rupiah untuk satu kostum, tapi nilai sebenarnya dari cosplay bukan pada harga pakaian atau wig

Hal yang tak ternilai adalah semangat, kreativitas, dan rasa bangga saat bisa hidup di dunia karakter yang mereka cintai meski hanya untuk satu hari di tengah keramaian acara budaya pop.

(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.