Namun, tingkat pertumbuhan kembali meningkat ke dua digit pada Agustus dan September.
Rata-rata pengeluaran wisatawan asing pada kuartal hingga September tercatat sebesar 219.428 yen (Rp 24 juta) per orang, turun tipis 0,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Wisatawan asal Jerman mencatat pengeluaran tertinggi dengan rata-rata 435.512 yen, diikuti wisatawan dari Inggris sebesar 360.054 yen, dan Spanyol sebesar 354.793 yen.
Pemerintah Jepang menargetkan dapat menarik 60 juta wisatawan asing dan mencapai total belanja wisata 15 triliun yen pada tahun 2030.
Namun, meningkatnya jumlah wisatawan juga memunculkan berbagai persoalan sosial di berbagai daerah, seperti kepadatan, sampah, dan kebisingan.
Survei yang dilakukan One Inc. pada awal Juli terhadap 1.000 responden menunjukkan bahwa 62 persen masyarakat Jepang memiliki pandangan negatif terhadap meningkatnya jumlah wisatawan asing.
Sebagian besar responden menilai masalah utama terletak pada etika wisatawan dan kekhawatiran terhadap keamanan publik.
Sebagai langkah antisipasi, sejumlah pemerintah daerah mulai memasang papan bergambar atau pictogram di dekat tempat sampah dan lokasi wisata untuk menjelaskan tata tertib dengan cara yang mudah dipahami wisatawan asing.
Langkah ini diharapkan bisa membantu memperbaiki pemahaman wisatawan terhadap kebiasaan dan aturan di Jepang.
Yoshihiro Sataki, profesor di Josai International University, menekankan pentingnya komunikasi budaya agar wisatawan memahami nilai dan norma masyarakat Jepang.
Menurutnya, pariwisata berkelanjutan hanya dapat terwujud jika wisatawan dan penduduk lokal sama-sama merasa bahagia dan saling menghormati.
© Kyodo News