OHAYOJEPANG – Di Jepang, makan siang sekolah bukan sekadar pengisi perut, melainkan juga media edukasi gizi.
Setiap menu dirancang agar anak-anak mendapatkan nutrisi seimbang sambil belajar tentang makanan sehat dan kebiasaan makan yang baik.
Proses ini dilakukan secara sistematis.
Dimulai dari perencanaan menu hingga penyajian, dengan mengutamakan kualitas, variasi, dan keamanan makanan.
Baca Juga:
Melansir Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang; perencanaan menu dimulai dengan menentukan target gizi harian siswa, termasuk energi, protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal.
Variasi bahan dan metode memasak diterapkan agar hidangan tetap menarik sekaligus memenuhi kebutuhan gizi.
Menu makan siang sekolah menggunakan bahan lokal dan menyesuaikan dengan acara sekolah.
Pendekatan ini memperkenalkan anak-anak pada kearifan lokal serta bahan makanan setempat.
Instruksi memasak harian disiapkan untuk menjaga konsistensi kualitas, sementara rencana khusus disusun bagi siswa dengan alergi atau kebutuhan diet tertentu.
Konfirmasi jumlah siswa hadir dilakukan secara rutin agar persiapan makanan tepat dan tidak ada sisa yang terbuang.
Setiap bahan dipilih untuk menyumbang energi dan nutrisi sesuai target.
Melansir The Government of Japan, tiga pilar kebijakan gizi Jepang meliputi pola makan seimbang, peran ahli gizi, dan dasar ilmiah.
Menu dirancang agar mencakup makanan pokok seperti nasi atau roti sebagai sumber energi, lauk utama seperti ikan, daging, atau kedelai untuk protein, serta sayuran dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral.
Kebijakan ini dikembangkan sebagai respon terhadap malnutrisi pasca-Perang Dunia II dan menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi Jepang.
Dengan pendekatan ini, anak-anak menerima pola makan seimbang setiap hari, mencakup karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral.
Guru gizi dan ahli gizi berperan penting dalam menyusun menu, menyesuaikan asupan gizi dengan tahap pertumbuhan anak, dan mengelola layanan makan siang.
Menu disusun berdasarkan standar nasional, memastikan siswa menerima makanan seimbang sekaligus beragam.
Kreativitas dalam menu juga diperhatikan, dengan mempertimbangkan makanan favorit anak-anak agar mereka lebih tertarik untuk makan sehat.
Pendekatan ini terbukti meningkatkan kualitas gizi anak-anak, seperti yang ditunjukkan oleh survei Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang.
Hasil survei menunjukkan bahwa saat makan siang sekolah disediakan, konsumsi makanan pokok, lauk, dan sayuran lebih seimbang dibanding hari tanpa makan siang sekolah.
Undang-Undang Program Makan Siang Sekolah menetapkan standar gizi yang harus dipenuhi setiap siswa dalam sekali makan.
Berdasarkan standar ini, guru gizi menyusun menu yang menggabungkan berbagai jenis makanan secara tepat.
Anak-anak dapat menikmati beragam hidangan sekaligus menerima asupan gizi seimbang.
Menu-menu ini juga menjadi media edukasi, mengajarkan siswa tentang nilai gizi, kebersihan, dan pola makan sehat sejak dini.
Dengan sistem ini, Jepang berhasil menjadikan makan siang sekolah sebagai sarana pendidikan gizi yang efektif, mendukung kesehatan, pertumbuhan, dan kebiasaan makan sehat anak-anak sejak usia dini.
Sumber:
(https://www.schoolmealscoalition.org/sites/default/files/2024-05/MEXT_MAAF_2023_School_Meals_Case_Study_Japan.pdf)
(https://www.mext.go.jp/content/20230920-mxt_kenshoku-000008678_2.pdf)
(https://www.maff.go.jp/e/policies/tech_res/attach/pdf/shokuiku-22.pdf)
(https://www.japan.go.jp/kizuna/2021/11/school_lunches.html)
(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)