Namun, pada 1954 diaktifkan kembali melalui Undang-Undang Program Makan Siang Sekolah, yang menegaskan pentingnya gizi seimbang dalam pendidikan anak.
Panduan pelaksanaannya terus disempurnakan, termasuk pada 1958 dan 1968–1969, saat kegiatan makan siang diakui sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran di sekolah.
Perubahan besar terjadi pada awal 2000-an.
Tahun 2004 Jepang memperkenalkan sistem guru gizi dan nutrisi.
Lalu pada 2005 lahirlah Undang-Undang Dasar Shokuiku yang kemudian direvisi pada 2008 untuk menegaskan peran makan siang sekolah sebagai sarana pendidikan gizi.
Sejak saat itu, program ini berkembang menjadi lebih luas dan berkualitas lebih baik, dan hingga kini tetap menjadi bagian penting dari pendidikan di sekolah.
Jepang menetapkan Rencana Dasar Shokuiku sebagai panduan nasional yang berakar pada Undang-Undang Dasar Shokuiku (Basic Law of Shokuiku).
Melalui kebijakan ini, pendidikan makanan dan gizi diterapkan secara komprehensif dan sistematis di sekolah-sekolah.
Anak-anak tidak hanya belajar mengenali makanan dan kandungan gizinya, tetapi juga dilatih membuat keputusan yang tepat tentang pola makan mereka.
Mereka didorong untuk mengambil inisiatif dalam merancang gaya hidup sehat bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan lingkungan sekitar.