Saat matsuri berlangsung, penduduk setempat berkumpul, saling berinteraksi, dan mempererat kebersamaan lewat jajanan tradisional, permainan rakyat, serta kegiatan gotong royong.
Di daerah pedesaan, festival musim gugur menjadi acara tahunan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Tradisi ini tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan di tengah perubahan zaman.
Salah satu tradisi menarik di beberapa matsuri musim gugur adalah penggunaan yatai atau kereta festival besar yang dihiasi ratusan lentera.
Ketika malam tiba, lentera-lentera ini dinyalakan, menciptakan cahaya hangat yang memantul di antara jalanan kota.
Dalam beberapa daerah, kereta festival ini disebut “berbicara” satu sama lain.
Saat dua yatai berpapasan di jalan, keduanya akan saling menantang dalam pertarungan ramah lewat musik dan teriakan semangat.
Setiap kelompok berusaha tampil lebih meriah dan lebih keras dari yang lain, bukan untuk bersaing semata, melainkan sebagai bentuk persembahan kepada para dewa.
Pertemuan itu melambangkan semangat, kebanggaan, dan keharmonisan masyarakat di tiap blok kota.
Pada akhirnya, matsuri di Jepang pada musim gugur bukan hanya pesta visual, tetapi juga perayaan rasa syukur dan kebersamaan.
Di balik lentera yang menyala, dentuman taiko yang menggema, dan daun-daun yang berguguran, ada semangat masyarakat Jepang untuk menjaga hubungan antara manusia, alam, dan tradisi.
Sumber: