Kegiatan biasanya meliputi persembahan upacara, musik tradisional, tarian, dan pawai masyarakat.
Suasana semakin meriah ketika warga membawa mikoshi (kuil portabel), menabuh taiko, dan mengenakan busana tradisional.
Beberapa daerah juga menggelar prosesi lentera, pertunjukan rakyat, dan tarian ritual yang berlangsung pada sore hingga malam hari, diiringi aroma makanan musiman yang dipanggang di jalanan.
Berbeda dari musim panas yang panas dan lembap, cuaca sejuk di musim gugur membuat masyarakat bisa menikmati festival dengan nyaman, terutama pada acara malam hari.
Karena itu, banyak komunitas di Jepang memilih menggelar matsuri terbesar mereka pada musim gugur.
Festival musim gugur di Jepang memiliki dua peran penting: spiritual dan sosial.
Dari sisi spiritual, sebagian besar matsuri pada musim ini mengikuti kalender Shinto, menandai siklus kehidupan padi serta pentingnya perubahan musim bagi kehidupan.
Sebagai bentuk penghormatan, masyarakat membawa shinmai, yaitu padi hasil panen pertama, untuk dipersembahkan di kuil.
Upacara ini sering disertai dengan tarian kagura, yang dilakukan untuk menghibur para dewa.
Dari sisi sosial, festival juga menjadi ajang memperkuat hubungan antarwarga.