Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Belanja

Dari Jalan Bersalju hingga Stok Ketat, Begini Cara Toko Halal Keliling Bertahan di Jepang

Kompas.com - 03/10/2025, 13:05 WIB

OHAYOJEPANG - Menjalankan toko halal keliling di Jepang bukan perkara mudah, terutama bagi Mokhamad Taufik Hidayat, pengusaha asal Indonesia yang sudah merintis bisnis ini sejak pandemi Covid-19. 

Dari menghadapi jalanan bersalju hingga menjaga stok tetap segar, ia punya strategi khusus agar usahanya tetap diminati pelanggan Muslim di Nagoya dan sekitarnya.

Baca juga:

Cuaca Ekstrem Jadi Ujian Bisnis

Sejak awal pandemi, Taufik memilih berinovasi dengan membuka toko halal keliling menggunakan mobil boks. 

Namun, jalan yang ditempuh tidak selalu mulus. 

Salah satu tantangan terberat adalah kondisi alam Jepang yang ekstrem, terutama saat musim dingin.

“Kalau sudah masuk bulan November, mobil harus pakai ban salju dan kadang juga rantai untuk keamanan,” kata Taufik saat diwawancarai Ohayo Jepang melalui Whatsapp pada Kamis (2/10/2025).

Ia kerap menembus jalan bersalju demi mengantarkan kebutuhan halal ke daerah pegunungan.

Selain medan, tantangan lain datang dari stok barang. 

Jepang memiliki aturan ketat soal produk kedaluwarsa, sehingga pengusaha wajib rajin melakukan pengecekan. 

Setiap tiga bulan sekali, Taufik melakukan kontrol barang di toko dan gudang. 

Produk yang mendekati batas kadaluarsa biasanya dijual dengan diskon atau dibagikan kepada pelanggan agar tidak terbuang percuma.

Strategi Bertahan dan Menarik Pelanggan

Di tengah tantangan, Taufik punya strategi agar tetap bersaing dengan toko halal lain.

Salah satu keunggulannya adalah layanan praktis dengan sistem door-to-door.

“Di musim dingin, pelanggan lebih suka duduk di rumah, jadi saya yang datang ke mereka,” jelas Taufik yang sudah 25 tahun tinggal di Jepang. 

Layanan ini membuat usahanya jadi favorit, terutama ketika masyarakat malas keluar rumah karena cuaca dingin.

Tak berhenti di situ, Taufik juga berencana menambah menu makanan siap saji atau bento khas Indonesia. 

Menurutnya, hidangan praktis siap santap bisa menarik lebih banyak pelanggan yang ingin kecepatan dan kepraktisan tanpa meninggalkan kehalalan.

Dari sisi harga, Taufik berhati-hati dalam menentukan margin. 

Biasanya, ia menambahkan sekitar 30 persen dari harga pokok untuk menutupi pajak, operasional, dan keuntungan. 

Namun, ia tetap mencari importir yang bisa memberikan harga bersaing agar pelanggan tidak merasa terbebani.

Lebih dari sekadar bisnis, Taufik menganggap usahanya sebagai bentuk pelayanan untuk komunitas Muslim di Jepang. 

“Buat saya, ini bukan sekadar jual beli, tapi juga membangun persaudaraan,” ucap pemilik visa penduduk tetap Jepang ini.

Cerita Taufik membuktikan bahwa tantangan bukan penghalang untuk berinovasi. 

Dengan strategi tepat, layanan ramah, dan komitmen menyediakan produk halal, toko halal keliling di Jepang miliknya tetap bertahan hingga kini. 

Kisahnya bisa menjadi inspirasi bagi siapa pun yang ingin memulai bisnis halal di luar negeri.

(PENULIS: KOMPAS.COM/PITRI NOVIYANTI)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.