Pada September, taman ini menandai transisi lembut dari bunga musim panas menuju dedaunan musim gugur.
Pengunjung bisa berjalan di antara taman tematik seperti taman mawar atau taman herbal, sambil menemukan bunga kosmos dan salvias yang mulai muncul.
Taman ini juga menonjolkan aspek keberlanjutan dengan menghadirkan acara lokal, lokakarya, dan pameran tanaman.
Kana Garden menjadi pilihan tepat bagi pelancong yang mencari pengalaman botani lebih tenang namun tetap memuaskan.
Mengunjungi taman bunga saat musim gugur di Jepang menghadirkan atmosfer khas.
Pagi dan malam lebih sejuk, kadang diselimuti embun atau kabut tipis.
Bunga kosmos dan spider lilies tampak bergoyang tertiup angin sepoi.
Cahaya matahari juga mulai berubah, dengan posisi lebih rendah di langit sehingga menciptakan waktu emas lebih awal.
Jumlah pengunjung relatif lebih sedikit dibanding musim sakura atau musim gugur penuh.
Suasana ini memberi kesempatan berjalan lebih tenang sambil menikmati keindahan bunga.
Sumber:
@ohayo_jepang Payung transparan menjadi salah satu ikon praktis dari budaya Jepang. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an, payung vinil ini terus mendapat perhatian karena desainnya yang simpel, bobot ringan, dan daya tahan terhadap angin kencang. Ditambah lagi, harganya yang murah—di bawah Rp 100 ribuan—membuatnya mudah diakses oleh siapa saja, baik warga lokal maupun wisatawan. Payung ini juga menawarkan kenyamanan unik: transparansi yang memungkinkan pengguna tetap melihat jalan meskipun hujan deras. Namun, meski sudah mulai tersedia di Indonesia, payung transparan belum sepopuler di Jepang. Masyarakat Indonesia tampaknya masih lebih akrab dengan payung lipat atau payung berwarna. Apakah kepraktisan payung transparan akan mengubah kebiasaan kita dalam menghadapi hujan? Atau ini hanya akan jadi bagian dari budaya Jepang yang tetap unik? Kreator Konten: Aqila Vitrasya Produser: Luthfi Kurniawan Penulis: Yuharrani Aisyah #OhayoJepang #tradisijepang #payungtransparan ♬ suara asli - Ohayo Jepang