OHAYOJEPANG - September di Jepang identik dengan mekarnya Lycoris radiata atau yang lebih dikenal sebagai higanbana.
Bunga ini memiliki kelopak merah terang dengan benang sari panjang dan ramping yang menjuntai, membuat tampilannya mencolok sekaligus anggun.
Lebih dari sekadar indah, higanbana sudah lama menjadi bagian penting dalam budaya dan spiritualitas masyarakat Jepang.
Baca juga:
Higanbana biasanya mekar bertepatan dengan perayaan O-higan, sebuah tradisi Buddha yang berlangsung saat titik ekuinoks musim gugur.
Perayaan ini berlangsung selama tujuh hari, mencakup tiga hari sebelum dan tiga hari setelah ekuinoks.
O-higan menjadi waktu khusus bagi masyarakat untuk mengenang leluhur dan merenungkan sifat kehidupan yang sementara.
Mekarnya higanbana yang tiba-tiba, lalu cepat layu, sering dipandang selaras dengan konsep Buddha tentang ketidakkekalan.
Bunga ini merepresentasikan keindahan yang singkat dan menjadi pengingat bahwa hidup selalu berjalan dalam siklus yang tidak bisa dipertahankan selamanya.
Higanbana sering dikaitkan dengan kematian dan kehidupan setelah mati.
Warna merah terang dan mekarnya yang mendadak dianggap sebagai pengingat betapa fana kehidupan manusia.
Di Jepang, bunga ini sering ditanam di sekitar makam dan kuil sebagai bentuk penghormatan kepada arwah leluhur.
Selain itu, penanaman higanbana di area pemakaman dipercaya mampu mencegah hewan mengganggu tempat peristirahatan terakhir.
Nama 'higanbana' berarti 'bunga dari pantai seberang', merujuk pada konsep Buddha tentang tepi seberang Sungai Sanzu yang melambangkan kehidupan setelah mati.
Makna tersebut menegaskan peran higanbana sebagai penghubung antara dunia fana dan penghormatan pada leluhur, terutama di masa perayaan O-higan.
Higanbana pada akhirnya bukan sekadar bunga indah yang mekar di awal musim gugur.
Kehadirannya setiap September menghadirkan simbol kuat tentang kefanaan hidup dan pentingnya menghormati mereka yang telah mendahului.
Bunga ini menjadi undangan untuk merenung, mengingat siklus hidup dan mati, sekaligus merasakan kedalaman tradisi spiritual Jepang.
@ohayo_jepang Di Jepang, kebersihan bukan cuma aturan, tapi gaya hidup. Sampah nggak sembarang dibuang, tempat umum dijaga, dan semua orang sadar pentingnya lingkungan bersih. Kalau tiba-tiba jadi lebih peduli sama kebersihan setelah balik dari Jepang... itu wajar ya🥰 Kreator Konten: Salma Aichi Produser: Luthfi Kurniawan Penulis: YUHARRANI AISYAH #OhayoJepang #Tinggaldijepang #KerjaJepang ♬ suara asli - Ohayo Jepang