Kemandirian juga terlihat saat penyandang tunanetra menggunakan mesin tiket atau kios informasi tanpa menunggu bantuan petugas.
Banyak mesin sudah dilengkapi tanda taktil, label braille, hingga panduan suara.
Pedoman resmi menganggap mesin, papan informasi, hingga layanan petugas sebagai bagian dari sistem yang sama dengan infrastruktur fisik.
Dengan begitu, tidak hanya jalur atau lift yang diperhatikan, tetapi juga interaksi langsung dengan layanan publik.
Ketika perangkat keras dan layanan saling mendukung, perjalanan mandiri menjadi semakin mungkin.
Penyandang tunanetra tidak harus selalu bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan kebutuhan sehari-hari di ruang publik.
Hal menarik lainnya adalah minimnya kebutuhan untuk berhenti dan bertanya arah ketika harus berpindah lantai.
Banyak stasiun kini menyediakan satu jalur bebas hambatan dari jalan hingga peron.
Jalur itu biasanya berupa kombinasi lift atau ramp yang ditandai dengan jelas.
Informasi mengenai rute bebas hambatan juga dipublikasikan oleh operator transportasi, sehingga pengguna bisa merencanakan perjalanan lebih dulu.