Penurunan alami ini terjadi selama 18 tahun berturut-turut, dengan angka kematian lebih tinggi pada laki-laki (453.000 jiwa) dibanding perempuan (437.000 jiwa).
Namun, Jepang mencatat pertumbuhan bersih penduduk secara sosial sebanyak 340.000 orang selama tiga tahun terakhir.
Pertumbuhan ini sepenuhnya disumbang oleh peningkatan jumlah penduduk asing yang menetap di Jepang.
Populasi penduduk usia kerja (15–64 tahun) tercatat sebanyak 73.728.000 jiwa, turun 224.000 dibanding tahun sebelumnya.
Sebaliknya, jumlah warga lanjut usia atau lansia (65 tahun ke atas) naik 17.000 jiwa menjadi 36.243.000 jiwa.
Dari jumlah tersebut, lansia berusia 75 tahun ke atas kini mencapai 20.777.000 jiwa, atau setara 57,3 persen dari total penduduk lansia.
Artinya, lebih dari separuh lansia Jepang berada pada usia lanjut yang memerlukan perhatian khusus dari segi kesehatan dan perawatan.
Peningkatan kelompok usia ini menjadi tantangan sekaligus penanda bahwa Jepang memasuki era super-aging society secara lebih mendalam.
Pemerintah Jepang menyadari tantangan ini dan berkomitmen melanjutkan kebijakan untuk mendukung generasi muda agar dapat menikah dan memiliki anak dengan rasa aman.
“Kami akan terus mendorong kebijakan yang bersaing menuju realisasi masyarakat di mana siapa pun yang ingin memiliki anak dapat melakukannya dan membesarkannya dengan tenang,” ujar Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengutip Japan Times (14/4/2025).