Satu bulan kemudian, Dewi berhasil mendapatkan visa engineer.
"Sebentar sih saya, kayaknya satu bulanan dapet deh. Soalnya kan urusnya dari Jepang. Kalau urus dari Indonesia, kita kan harus minta Certificate of Eligibility (COE) dulu kan, masuk ke negara Jepang dulu, terus dari situ baru ke imigrasi lagi buat urus pertukaran visanya," ucap Dewi mengenai proses mengurus visa yang cepat.
Dewi bekerja sebagai video creator di kantor pusat klinik kecantikan di Tokyo, khususnya untuk operasi plastik.
Tugasnya tidak sekadar membuat video promosi.
Ia juga merancang konsep, mengambil gambar, mengedit, membuat thumbnail, hingga mengunggah ke YouTube dan situs resmi perusahaan.
Dewi belajar desain grafis, strategi konten, hingga membuat catch copy, kalimat pendek yang menarik perhatian penonton, dalam Bahasa Jepang.
Sebagai satu-satunya orang asing di divisi kreatif, Dewi harus beradaptasi dengan Bahasa Jepang terutama istilah medis.
Untungnya, perusahaan tempatnya bekerja mengadakan pelatihan intens bagi karyawan baru.
Pelatihan tersebut dimulai dari nol, Dewi diajarkan berbagai hal terkait pekerjaan.
Setiap hari, Dewi selalu membawa pulang dokumen yang menjelaskan prosedur operasi, seperti double eyelid termasuk cara operasi dan risikonya.