Kebun teh di Jepang sedang menghadapi ketidakpastian akibat tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Salah satu kebun yang terdampak tarif impor Trump adalah Kokaen di Kota Toyota, Prefektur Aichi.
Kokaen yang didirikan pada 1945 ini hanyalah salah satu dari banyak kebun teh di Jepang yang mendapatkan manfaat dari lonjakan permintaan teh hijau bubuk.
"Permintaan global untuk matcha, terutama dari Amerika Serikat, sangat tinggi. Jika tarif dikenakan, kemungkinan besar akan memengaruhi penjualan," kata pemilik generasi ketiga Kokaen Yoshitaka Noba melansir Kyodo News (17/6/2025).
Kokaen yang didirkan oleh kakek Noba, Takakichi, merupakan salah satu dari sedikit kebun teh di wilayah yang lebih dikenal sebagai tempat berdirinya Toyota Motor Corp.
Nilai ekspor teh hijau Jepang melonjak dalam beberapa tahun terakhir sekitar 36,4 miliar yen pada 2024, lebih dari tiga kali lipat nilai ekspor sepuluh tahun yang lalu.
Menurut Kementerian Keuangan Jepang, Amerika Serikat menyerap 44,2 persen dari ekspor tersebut, jauh lebih besar dibandingkan Jerman yang berada di posisi kedua dengan 9,2 persen.
Namun, produksi teh Jepang belum mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Pada 2023, sekitar 75.200 ton teh diproduksi, turun lebih dari 20 persen dibandingkan 15 tahun lalu, menurut Asosiasi Produksi Teh Jepang.
Para ahli mengaitkan penurunan ini dengan berbagai faktor, termasuk penurunan populasi yang pesat di Jepang.