Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang memperingatkan bahwa Jepang bisa menghadapi kekurangan hingga 790.000 profesional IT pada 2030, lebih dari tiga kali lipat kekurangan yang tercatat pada 2018.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, perekrut memperluas jangkauan pencarian mereka ke seluruh Asia.
Indonesia yang memiliki usia rata-rata 29 tahun menjadi kumpulan talenta prioritas.
Baca juga:
Di dalam pergeseran makro ini, lima bidang pekerja putih menonjol.
Insinyur cloud yang fasih dalam AWS atau Azure, analis keamanan siber, dan pemilik produk AI sering diwawancarai dalam Bahasa Inggris meskipun perusahaan tersebut masih beroperasi dengan Bahasa Jepang.
Daya tariknya bersifat timbal balik gaji mulai 300.000 yen sampai 380.000 yen per bulan dengan mudah melampaui paket di Jakarta dan cakupan proyek melibatkan peluncuran global.
Seiring pabrik memasang robot kolaboratif dan sistem pemeliharaan prediktif, mereka membutuhkan insinyur proses dan pemimpin jaminan kualitas yang dapat menerjemahkan gambar desain menjadi metrik produksi.
Banyak dari peran ini memenuhi syarat untuk visa Engineer/Specialist in Humanities/International Services (ESHIS).
Permintaan meningkat setiap kuartal saat konglomerat Jepang menutup buku IFRS atau mengajukan pengungkapan ESG.
Auditor paruh baya yang menguasai regulasi Indonesia dan Jepang dapat dipindahkan dengan izin Intra-company Transferee, sering kali mempertahankan senioritas mereka di negara asal.