Secara historis, mencapai usia tujuh tahun pada masa lalu dianggap pencapaian besar karena tingkat kelangsungan hidup anak tidak setinggi sekarang.
Melalui festival ini, masyarakat Jepang mengekspresikan rasa syukur atas kehidupan, keindahan pertumbuhan, dan dukungan komunitas bagi anak-anak.
Tradisi ini menggambarkan keharmonisan antara rasa syukur pribadi dan semangat kolektif untuk menjaga generasi penerus.
Dalam perayaan Shichi-Go-San, keluarga Jepang mengikuti beberapa tradisi khas yang masih dijaga hingga kini.
Anak-anak mengenakan pakaian formal seperti kimono, hakama, dan hakoseko sebagai simbol pertumbuhan, keanggunan, serta kesinambungan budaya.
Keluarga kemudian mengunjungi kuil Shinto untuk melakukan ritual penyucian di temizuya, memberikan persembahan koin, menepuk tangan dua kali, menunduk sekali, lalu berdoa untuk kesehatan anak.
Setelah berdoa, anak-anak menerima Chitose Ame atau “permen seribu tahun”, permen panjang berwarna merah dan putih yang melambangkan umur panjang dan kehidupan penuh kebahagiaan.
Bagi masyarakat Jepang, Shichi-Go-San adalah perpaduan antara tradisi dan modernitas.
Studio foto ramai oleh keluarga yang ingin mengabadikan momen ini, sementara anak-anak tersenyum dalam balutan kimono indah yang sering kali dipinjam khusus untuk acara ini.
Festival ini menunjukkan bagaimana tradisi Jepang mampu beradaptasi tanpa kehilangan nilai-nilai aslinya, menampilkan keseimbangan antara warisan masa lalu dan kehidupan modern.