Hal itu terlihat saat grup kesenian Reog Sakura Manggala menampilkan pertunjukan mereka.
Rangkaian kesenian Reog dimulai dari tampilan Tarian Jathil, Warok, Bujang Ganong, Klono Sewandono hingga berpuncak pada penampilan Singo Barong (Dadak Merak).
Penampilan tersebut diiringi alat musik tradisional seperti kendang, gong, kenong, ketipung, angklung, dan sompret.
“Grup kami dibentuk pada Desember 2024,” ujar Edy Ryanto, penasehat sekaligus salah satu pendiri Reog Sakura Manggala.
Ia menjelaskan bahwa seluruh peralatan dan atribut pertunjukan didatangkan langsung dari Indonesia hasil urunan para perantau asal Ponorogo di Jepang.
Edy menambahkan, grupnya pernah tampil di sejumlah festival di Jepang dan merasa bangga karena kesenian Ponorogo dapat diterima baik oleh masyarakat Indonesia maupun Jepang.
Suasana kian meriah dengan penampilan grup kesenian Senba Taiko, seni memukul drum tradisional berukuran besar dari Jepang.
Di akhir pertunjukan, mereka berkolaborasi dengan Persatuan Isteri Indonesia-Jepang (PIIJ) membawakan beberapa tarian, di antaranya tari Maumere dari Maluku Utara yang juga melibatkan ratusan penonton untuk ikut menari bersama.
“Kami tinggal di Jepang sudah sekian lama. Rasanya wajib untuk kami lakukan kolaborasi dengan berbagai komunitas di Jepang,” terang Ketua PIIJ Yulia Rosa.
Selain penampilan seni, IJFF 2025 juga diikuti oleh 104 stan yang hampir seluruhnya didominasi oleh stan kuliner tradisional Indonesia, stan ketenagakerjaan, dan remitansi.