OHAYOJEPANG - Keramaian mulai terasa di Taman Yoyogi sejak pagi, banyak orang Indonesia berkumpul.
Mereka menghadiri Indonesia Japan Friendship Festival 2025 yang berlangsung pada 18–19 Oktober 2025.
Beragam budaya dan kuliner khas Indonesia memenuhi taman di Tokyo ini.
Di tengah antrean panjang, pengunjung datang silih berganti menikmati suasana festival bertema Indonesia di Jepang.
Bagi sebagian orang Indonesia yang tinggal di negeri Sakura, acara semacam ini menjadi ruang melepas rindu.
Uki asal Bekasi, tersenyum sambil menyebut tahu isi sebagai makanan terenak yang ia coba hari itu.
Ia sebenarnya datang untuk mencari nasi Padang dan segelas es teh manis, dua hal sederhana yang membuatnya teringat rumah.
“Sudah lama tidak minum es teh manis,” ujarnya ketika diwawancarai Ohayo Jepang pada Sabtu (18/10/2025).
Baca juga:
Rasa rindu itu juga dirasakan Hanna, pengunjung asal Jakarta. Ia menilai festival tahun ini lebih ramai dibanding sebelumnya.
Di setiap sudut terdapat stan yang menjajakan masakan khas, mulai dari nasi Padang, sate Padang, masakan Sunda, hingga kue tradisional.
Hanna menyebut nasi Padang sebagai menu yang wajib dicoba karena sulit ditemui di Tokyo.
Antrean panjang tak menyurutkan niatnya. Ia bahkan berencana kembali keesokan harinya untuk mencicip menu lain.
Di antara pengunjung yang datang, ada pula perantau yang baru setahun tinggal di Jepang.
Natasya, yang bekerja di bidang perhotelan, datang karena rindu makanan Indonesia.
Ia masih makan nasi setiap hari dan merasa hidup di Jepang membuatnya lebih banyak berjalan kaki serta menggunakan transportasi umum.
“Kalau makan harus ada sambal,” katanya.
Ia mengaku tertarik tinggal di Jepang karena budaya dan kesempatan belajar hal baru.
Cerita lain datang dari Syarifah yang bekerja di bidang pembersihan gedung dan sudah empat tahun tinggal di Jepang tanpa sempat pulang.
Ia mengatakan dua hal penting bagi siapa pun yang ingin bekerja di luar negeri adalah kemampuan berbahasa dan ketahanan mental.
Di sela kesibukannya, ia datang ke festival untuk menikmati berbagai makanan daerah.
“Saya ingin ikut dari awal sampai akhir,” tuturnya.
Ia juga mengaku terbiasa makan pedas dan tidak bisa lepas dari sambal.
Sementara itu, di antara pengunjung asing yang hadir, Lin dari Taiwan terlihat antusias mencoba hidangan Indonesia.
Ia menyebut telah mencicip rendang, lumpia, pisang goreng, dan tempe goreng. Lin memberi nilai sempurna untuk cita rasa masakan Indonesia.
Menurutnya, lumpia memiliki kemiripan rasa dengan yang ada di Taiwan, meski tetap punya ciri khas tersendiri.
“Keduanya enak, tapi rasa Taiwan lebih familiar,” katanya sambil tersenyum.
Ia pun ingin mencoba lagi masakan Indonesia di lain waktu.
Dari sisi lain area festival, Osuka Toru asal Jepang datang dengan ketertarikan serupa.
Ia mengaku sudah beberapa kali menghadiri festival ini dan merasa tahun ini lebih nyaman karena cuaca bersahabat.
Osuka bercerita, di kampung halamannya, Hamamatsu, banyak orang Indonesia yang aktif berkumpul setiap akhir pekan.
Menurutnya, jumlah orang Indonesia di Jepang kini sudah jauh lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Ia tersenyum saat bercerita tentang makanan favoritnya, mi bakso, dan kebahagiaan sederhana ketika menemukan bawang goreng di salah satu stan.
“Sudah lama saya cari, rasanya khas dan cocok untuk soba atau udon,” ujarnya.
Di antara kepulan asap sate dan aroma rempah, keenam pengunjung ini berbagi cerita yang hampir serupa yaitu rindu, kebiasaan yang dibawa dari tanah air, dan rasa ingin mengenal lebih dalam tentang Indonesia di luar negeri.
Festival menjadi tempat bertemu, berbagi, dan mengenang, sesederhana mencari sepiring nasi Padang atau segenggam bawang goreng yang membawa ingatan pulang.