Baca juga:
Beberapa bulan setelah tinggal di Tokyo, saya mulai mendatangi masjid setiap Jumat untuk salat Jumu’ah.
Masjid itu termasuk salah satu yang besar di kota ini, dan menjadi titik awal saya terhubung kembali dengan kehidupan Islami di Jepang.
Melalui akun media sosial masjid, saya mendapatkan informasi tentang kegiatan seperti kajian, penggalangan dana, dan jadwal salat.
Teman-teman dan rekan kerja pun sering membagikan kabar kegiatan serupa, membuat saya merasa tidak lagi sendirian.
Dari situlah saya pertama kali mengetahui adanya acara kajian Islam di Tokyo.
Kajian itu diselenggarakan oleh komunitas Muslim dan diadakan bukan di masjid, melainkan di sebuah ruangan sewaan kecil di Tsukiji.
Hal ini sangat berbeda dari Indonesia, di mana pengajian bisa digelar di masjid, taman, atau balai warga.
Begitu masuk ruangan, suasananya langsung terasa hangat.
Orang-orang dari berbagai latar belakang duduk bersama, antusias berbagi pandangan.
Bentuk acaranya menyerupai forum terbuka, bukan ceramah satu arah.