OHAYOJEPANG - Rata-rata pengeluaran bulanan masyarakat Jepang untuk pakaian dan alas kaki pada tahun lalu tercatat sebesar 3.336 yen (sekitar Rp 375.000).
Angka ini turun setengah dari puncaknya pada 1991 saat gelembung ekonomi aset Jepang terjadi.
Data tersebut berasal dari analisis Kyodo News berdasarkan catatan Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang mengenai pengeluaran rumah tangga periode 1985 hingga 2024.
Penurunan ini dinilai berkaitan dengan upaya masyarakat menekan biaya di tengah kondisi anggaran rumah tangga yang semakin ketat.
Dibandingkan dengan kebutuhan pokok seperti makanan dan komunikasi, pakaian dianggap sebagai pos yang paling mudah dikurangi.
Baca juga:
Menurut Kyodo News (24/9/2025), analisis juga mencatat jumlah barang yang dibeli masyarakat Jepang semakin berkurang dari tahun ke tahun.
Hal ini mencerminkan adanya pergeseran pola konsumsi, termasuk cara pandang masyarakat terhadap belanja pakaian.
Menurut Naoko Kuga, peneliti senior di NLI Research Institute, belanja pakaian bisa dipangkas lebih mudah dibandingkan pengeluaran tetap lain.
Kondisi ini membuat pakaian menjadi salah satu sektor dengan penurunan paling signifikan.
Selain itu, hadirnya tren fast fashion berperan dalam perubahan perilaku belanja.
Fast fashion menawarkan berbagai gaya baru dengan harga yang sangat terjangkau.
Masyarakat juga semakin terbiasa membeli pakaian bekas melalui pasar loak maupun platform penjualan barang bekas.
Data menunjukkan bahwa pengeluaran untuk pakaian tradisional Jepang mengalami penurunan paling tajam, yakni sebesar 86,5 persen.
Pengeluaran untuk pakaian anak-anak juga turun cukup signifikan.
Pencatatan terendah terjadi pada 2021, ketika pandemi COVID-19 melanda.
Saat itu, rata-rata pengeluaran bulanan untuk pakaian dan alas kaki hanya sebesar 2.972 yen (sekitar Rp 330.000).
© Kyodo News
@ohayo_jepang Kalau di Indonesia brosur sering banget ditolak, di Jepang justru orang dengan senang hati nerima nya. Kenapa? Karena brosur yang didalamnya ada iklan, promo, sampai kupon diskon dari berbagai bisnis ini di berikan dengan tisu gratis. Di Jepang, tisu gratis = strategi marketing 🎯 Daripada bagi brosur biasa yang sering dibuang, promosi lewat tisu dianggap lebih efektif—soalnya tisu pasti dipakai, dan iklannya bisa ikut kebaca! Tapi jangan heran kalau kamu ke Jepang dan nggak selalu dikasih. Biasanya, yang dibagiin tisu itu ditargetin ke warga lokal, karena mereka dianggap lebih relevan sama iklannya. Jadi kalau kamu ke Jepang terus dikasih tisu, ambil aja... siapa tahu ada diskonan 😆 Kreator Konten: Salma Aichi Produser: Luthfi Kurniawan Penulis: YUHARRANI AISYAH #OhayoJepang #Tinggaldijepang #KerjadiJepang ♬ suara asli - Ohayo Jepang