Dalam konteks ini, Aida menekankan pentingnya tanggung jawab ilmuwan.
“Anak-anak tidak bisa memilih planet tempat mereka akan hidup. Menjadi tugas kami sebagai ilmuwan untuk memastikan bahwa kami meninggalkan mereka lingkungan sebaik mungkin,” ujarnya.
Aida menjelaskan bahwa material baru ini sekuat plastik berbasis minyak bumi, tetapi dapat terurai menjadi komponen asalnya saat terkena garam.
Komponen tersebut kemudian bisa diproses lebih lanjut oleh bakteri alami, sehingga tidak menghasilkan mikroplastik yang dapat membahayakan kehidupan laut maupun masuk ke rantai makanan.
Ia menambahkan, sepotong plastik berukuran sekitar lima sentimeter dapat hancur di darat setelah lebih dari 200 jam karena garam juga terdapat di dalam tanah.
Material ini dapat digunakan layaknya plastik biasa ketika dilapisi.
Saat ini, tim masih memusatkan penelitian pada metode pelapisan terbaik agar plastik dapat dimanfaatkan secara luas.
Aida menegaskan bahwa plastik tersebut bersifat tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan tidak menghasilkan emisi karbon dioksida.
“Kami ingin memastikan material ini tetap aman sekaligus ramah lingkungan,” kata Aida.
Temuan ini membuka harapan baru bahwa plastik ramah lingkungan dapat menjadi alternatif nyata di masa depan.
Meski masih berada dalam tahap penelitian, inovasi ini memberi gambaran positif tentang peluang mengurangi dampak pencemaran plastik terhadap bumi dan generasi mendatang.
Sumber:
@ohayo_jepang Kaget banget! Ternyata budaya kerja di Jepang tuh beda ya🤔 Kreator Konten: Salma Aichi Produser: Luthfi Kurniawan Penulis: YUHARRANI AISYAH #OhayoJepang #Tinggaldijepang #KerjadiJepang ♬ Fun and comical BGM like a toy box(1565783) - CAROL