Asal-usul higan berasal dari ajaran Buddha. Kata higan berarti 'sisi lain dari sungai kematian'.
Dunia tempat manusia hidup berada di sisi ini, sedangkan sisi lainnya dipercaya sebagai tempat arwah leluhur bersemayam.
Pada saat ekuinoks, ketika matahari terbit di timur dan terbenam di barat, Tanah Suci dipercaya berada paling dekat dengan dunia manusia.
Keyakinan inilah yang membuat praktik spiritual dan persembahan leluhur pada periode ini dianggap lebih bermakna.
Higan dimaknai sebagai waktu untuk mendoakan leluhur.
Kegiatan yang umum dilakukan saat higan adalah berkunjung ke makam keluarga.
Tradisi ini meliputi membersihkan batu nisan, menaruh bunga dan makanan, membakar dupa, serta berdoa.
Salah satu sajian khas yang dibawa adalah ohagi yaitu ketan yang dilapisi pasta kacang merah atau tepung kedelai.
Menjelang higan, toko kue biasanya ramai memenuhi permintaan ohagi.
Selain itu, bunga higanbana atau red spider lily turut menjadi simbol musim ini.