Sebagian masuk lewat Technical Intern Training Program (TITP) dengan gaji per jam 900 hingga 1.100 yen (sekitar Rp 100.000 hingga Rp 122.000), setara dengan kisaran upah minimum Jepang.
Perbedaan wilayah juga menentukan.
Di Tokyo, gaji bisa mencapai 1.113 yen per jam (sekitar Rp 124.000), tetapi biaya hidup ikut tinggi.
Di daerah seperti Kagoshima atau Yamaguchi, gaji lebih rendah, sekitar 893 hingga 930 yen per jam (sekitar Rp 99.000 hingga Rp 103.000).
Posisi penuh waktu memberikan stabilitas, tetapi fasilitas tambahan seperti perumahan, layanan kesehatan, atau pensiun sering kali terbatas, terutama di pertanian kecil.
Ketersediaan pekerjaan pun cenderung naik saat musim tanam atau panen, lalu menurun di musim sepi.
Rata-rata gaji pertanian di Jepang sekitar 2 juta yen per tahun (sekitar Rp 222 juta).
Beberapa bidang seperti petani tanaman di Tokyo memang menawarkan pendapatan lebih tinggi, tetapi tantangan besar tetap ada.
Mulai dari penuaan tenaga kerja, sistem pertanian skala kecil berbasis subsidi, hingga minimnya peluang kenaikan karier.
Bagi calon pekerja asal Indonesia, penting menimbang pendapatan dengan usaha fisik, gaya hidup, dan penyesuaian budaya.
Bekerja di pertanian Jepang bisa memberi lebih dari sekadar gaji, termasuk kesempatan belajar praktik pertanian maju dan keberlanjutan.
Namun, penting untuk melangkah dengan ekspektasi realistis berdasarkan data dan pengalaman mereka yang lebih dulu menjalani.
Sumber:
@ohayo_jepang 🍜 Semua mie di Jepang = ramen? Eits, belum tentu! Kenalan sama udon — mie khas Jepang yang tebal, kenyal, dan putih, beda banget dari ramen. 💡 Apa yang bikin udon beda? – Terbuat dari tepung terigu & air – Punya tekstur tebal & chewy – Disajikan panas atau dingin – Banyak variasinya: Kishimen, Somen, dan lainnya! 👉 Kamu tim ramen atau udon, nih? Kreator Konten: Salma Aichi Produser: Luthfi Kurniawan Penulis: YUHARRANI AISYAH #OhayoJepang #Tinggaldijepang #KerjadiJepang ♬ suara asli - Ohayo Jepang