Sepeninggal ayahnya, Genshitsu diangkat menjadi grand master ke-15 Urasenke pada 1964 dan memimpin hingga 2002.
Di bawah kepemimpinannya, Urasenke tumbuh menjadi sekolah yang bukan hanya menjaga tradisi, tetapi juga membuka jalan diplomasi budaya Jepang.
Sebagai grand master, Genshitsu aktif memperkenalkan seni upacara teh ke berbagai forum internasional.
Ia pernah menyajikan teh untuk tokoh-tokoh penting, termasuk Ratu Elizabeth II, Presiden AS George W. Bush, dan Aung San Suu Kyi.
Ia juga mengajar di Universitas Hawaii, serta menjalin hubungan budaya dengan Tiongkok setelah bertemu Deng Xiaoping.
Kunjungan ke Vatikan membawanya berhadapan langsung dengan Paus Yohanes Paulus II, di mana ia menampilkan ritual upacara teh.
Meski menyerahkan kepemimpinan Urasenke kepada putranya pada 2002, Genshitsu tetap menjalankan misi budaya dan perdamaian.
Ia juga pernah menjadi duta goodwill UNESCO serta asisten khusus menteri luar negeri Jepang.
Keterlibatannya di berbagai kesempatan internasional menjadikan teh sebagai medium diplomasi yang sederhana tetapi sarat makna.
Dedikasi Genshitsu dalam seni dan perdamaian membuatnya meraih berbagai penghargaan.