Dalam Makura no Sōshi (Catatan Bantal) karya Sei Shōnagon, disebutkan bahwa para bangsawan era Heian menikmati es serut halus yang disajikan dalam mangkuk emas bersama amazura, sejenis pemanis alami.
Hidangan ini dianggap sebagai simbol elegansi untuk menyegarkan diri di tengah musim panas yang terik.
Kini, kakigori hadir sepanjang tahun di berbagai tempat, mulai dari kafe, restoran, hingga warung sederhana di sudut kota.
Namun, popularitasnya biasanya melonjak saat musim panas tiba.
Kreativitas penjual membuat tampilan kakigori kian menarik, bahkan dijuluki “gunung salju” karena bentuknya yang menggunung dan menggemaskan.
Ada yang disajikan dengan saus stroberi lokal, buah kebanggaan Nara, atau dilengkapi puding lembut, kacang merah, dan krim matcha.
Tampilannya yang estetik dan "fotogenik" menjadikannya favorit di media sosial sekaligus daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Upaya pelestarian kakigori tidak berhenti di meja makan.
Setiap tahun, digelar Festival Himuro Shirayuki yang menghadirkan puluhan gerai kakigori dari dalam dan luar Prefektur Nara.
Festival ini menegaskan identitas Nara sebagai “kota es” sekaligus memperkenalkan cita rasa kakigori kepada generasi baru.