Para penari mengenakan yokawashi (jaket tari) dan amigasa (topi jerami), sambil meneriakkan yel-yel “Yone ya yassa” yang jadi ciri khasnya.
Tak hanya menyenangkan untuk ditonton, Awa Odori juga jadi cara warga bersyukur atas panen dan rezeki.
Di ujung selatan Jepang, Okinawa punya tarian tradisional yang sangat berbeda: Ryūkyū Buyō.
Tarian ini dulunya ditampilkan di istana kerajaan dan kini masih dipertunjukkan di berbagai acara budaya.
Secara garis besar, Ryūkyū Buyō terbagi menjadi tiga jenis: koten buyō (tarian istana), zō-odori (tarian rakyat), dan sōsaku buyō (tarian kreatif masa kini).
Gerakan koten buyō sangat anggun dan penuh makna, menggambarkan keagungan diplomatik masa kerajaan.
Sementara zō-odori lebih ceria dan membumi, menggambarkan kehidupan rakyat biasa.
Tarian ini menunjukkan pengaruh kuat dari budaya Tiongkok, Asia Tenggara, dan Jepang yang pernah menyatu di Okinawa.
Furyū-odori dikenal sebagai tarian festival yang penuh warna dan keanggunan. Kata “furyū” berarti megah atau elegan.
Dalam tarian ini, para penari mengenakan kostum rumit lengkap dengan hiasan kepala unik dan peralatan khas buatan tangan.