"Berat, mau naikin harga, baru akan (rencana)," ujar Nurhanifah kepada Ohayo Jepang, (28/4/2025).
Ia menghadapi dilema yang sama yaitu menaikkan harga berisiko kehilangan pelanggan yang sudah terbiasa dengan tarif sebelumnya.
Nurhanifah juga mengungkapkan bahwa belum ada bantuan konkret seperti subsidi dari Pemerintah Jepang bagi pelaku usaha sepertinya untuk menghadapi kenaikan harga pangan.
Tanpa dukungan tersebut, ia harus terus berpikir kreatif agar usahanya dapat bertahan tanpa mengorbankan kualitas rasa atau kehilangan pelanggan setia.
Harga beras di Jepang dilaporkan melonjak hingga dua kali lipat dalam 12 bulan terakhir hingga Mei 2025.
Fenomena ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, mulai dari gangguan rantai pasok, dampak musim panas kering dua tahun lalu yang merusak panen, hingga praktik penimbunan oleh sebagian pedagang.
Situasi ini diperburuk oleh aksi beli panik tahun lalu setelah adanya peringatan dari pemerintah mengenai potensi gempa besar.
Menurut data terbaru dari Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang; harga beras di Jepang mulai menurun dalam empat minggu berturut-turut.
Harga lima kilogram beras di Jepang sekarang rata-rata 3.000 yen atau sekitar Rp 337.000-an per 15 Juni 2025.
Sementara, harga beras di Jepang minggu sebelumnya mencapai 3.920 yen atau Rp 441.000-an.