Di sekolah ini, keragaman budaya terlihat dalam keseharian.
Dalam acara tahunan sekolah, para siswa menampilkan pidato dalam Bahasa Inggris, serta presentasi dalam Bahasa Mandarin, Prancis, Jerman, Korea, dan Spanyol.
Semua bahasa tersebut merupakan bagian dari kurikulum resmi.
Guru Bahasa Inggris Haruki Honma mengatakan bahwa suasana belajar yang inklusif dan multikultural menjadi kekuatan sekolah ini.
“Setiap hari terasa seperti pertukaran budaya internasional. Siswa belajar langsung dari teman-temannya yang berasal dari berbagai negara dan budaya,” ujarnya.
Kebijakan sekolah gratis mulai mendapatkan momentum pada akhir 2024.
Saat itu, partai koalisi pemerintahan yang dipimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) sepakat dengan Partai Inovasi Jepang (JIP) untuk menggratiskan biaya SMA sebagai syarat agar RUU Anggaran 2025 disetujui parlemen.
Mulai tahun ajaran 2026, pemerintah akan menghapus batas penghasilan untuk keluarga yang ingin menyekolahkan anaknya di SMA swasta.
Subsidi maksimal juga akan ditingkatkan hingga 457.000 yen (sekitar Rp 48 juta), mendekati rata-rata biaya sekolah swasta.
Sementara itu, untuk SMA negeri, kebijakan tanpa batas penghasilan ini sudah berlaku sejak tahun fiskal 2025.